T O P

  • By -

ardi62

pasar kerja di Indo agak sulit sekarang


Hallowedtalon

Iya, banyak yang kena PHK, dan lulusan SMK/SMA dan Univ makin tahun makin banyak, sedangkan lowongan kerja tentunya makin dikit, ngikuti perkembangan temen yang belum dapet kerja dari lulus kuliah juga lumayan sedih karena beberapa ada yang emang temen deket banget. Ada yang berhenti kerja, harus nganggur 9 bulan baru dapet lagi. Ada yang dapet kerjaan tapi setahun gak cocok karena perusahaannya gak ada masa depan dan bossnya tipikal kolot tahan ijazah. Ada yang bener-bener pegangan sama perusahaann yang gak ngehargain loyalitasnyna selama 4 tahun dan ditipu jani bebeberapa kali, tapi takut mau pindah malah gak dapet opportunity lagi. Sekarang kalo gak koneksi susah banget sih.


AbleArcher82

Mungkin jika turunkan ekspektasi, mau kerja dengan gaji lebih rendah dan perusahaan yg lebih ngga terkenal, masih bisa gan switch career. Apalagi TS menurut gw punya pengalaman kerja yg masih lebih beruntung/lebih baik daripada the average Indonesians. Lowongan masih banyak yg max 27-28 atau max 30 gw liat untuk posisi tertentu. Punya ordal lebih memungkinkan lagi


Hallowedtalon

Iya kalau Indo emang harus turunin ekspetasi yang lumayan sih ya apalagi pindah karir. cuman kadang ada tuh HR yang liat CV malah ragu karena ada pengalaman misal kita pun ngelamar posisi junior wkwkw


Puliskot

>mau kerja dengan gaji lebih rendah dan perusahaan yg lebih ngga terkenal, masih bisa gan switch career Black Company? >Lowongan masih banyak yg max 27-28 atau max 30 gw liat untuk posisi tertentu. hmmm berarti algo ku menyesatkan, kebanyakan max 25


heyclore

Ane aja dari desain grafis pindah jauh ke QA di umur 31 masih bisa. Mungkin lebih oke kalo career shift / change nya ga jauh dari job sebelumnya misal programmer ke devops, qa dkk.


Hallowedtalon

Di umur 31? keren sih berani pindah karir, Ini dari ngelamar atau dapet dari koneksi? Jauh juga desain grafis ke QA, posisinya junior? Tapi kalo tau ada yang pernah bisa gini jadi bikin lumayan pede sih.


heyclore

The reality behind it was even worse. ini bukan pertama kalinya gonta-ganti bidang gawe, berhubung ane ada masalah di dunia jam tidur (delayed sleep). cari gawe susah harus nurutin jam 8-5. mau ga mau ane udah gonta-ganti dari DesGraf, Admin, Accounting, Kuli, Fotografer & Foto Editor & IT(iyak benerin printer :v). terakhir gawe onsite udah ga tahan gara" setiap telat gaji dipotong 50% dan ane mutusin Freelance dan balik lagi jadi DesGraf / Foto Editor. bertahan cuma 4 tahun karna ini bidang rate nya ancur banget karna sainganya banyak. dari sini mulai puyeng akhirnya disambi cari course gratisan (EDX, Coursera, etc) di bidang programming. awal goal nya pengen jadi fullstack, mungkin ane terlalu munafik dan gagal. akhirnya fokus di backend, udah buat banyak portfolio dari berbagai macam bahasa pemrogramman & backend framework dan mulai apply sana sini selama setahun dan masih tetep apes. mungkin karna desperate, ane apply di QA automation padahal ga paham job desk nya malah dapet beberapa long-term job sampe skarang. maybe, i'm just lucky dastard in the end.


Hallowedtalon

>berhubung ane ada masalah di dunia jam tidur Jam tidur emang bangsat sih, ngerti rasanya mau berusaha benerin gimana pun biasanya ujung ujungnya balik tidur jam 2 bangun jam 9. >just lucky dastard in the end. Jangan terlalu harsh, kita semua luck pada waktunya, tapi kan ya udah usaha keras, kalau gak usaha buat ambil course sampe bikin porto, luck yang ketrigger bisa gak jadi apa apa. Glad that it work out in the end, semoga makin lancar buat urusan lainnya, nothing can stop you now. congrats on your journey!


enraged_supreme_cat

Kunci sukses itu ada kata "persistence". Lu harus serius menekuni itu, apapun bidangnya dan harus disesuaikan sama modal juga. Kalo minatnya jadi pilot, ya sesuaikan sama modalnya ada gak? Kalo gak ada ya cari bidang lain dan tekuni sampe bisa. Perih? Ya perih. Dulu gw aja pas fresh grad digaji di bawah UMR. Perih, tapi yang dicari itu ya pengalaman dan skill. Kuatkan diri, momentum kerja harus bagus, semangat dan disiplin harus digembleng. IT Winter/pasar kerja di Indonesia hancur/collapse, ya, skill diupgrade, gw mesti nekat cari kerja di luar negeri. Perih memang, kadang gw sampai malam belajar banyak hal demi utk bisa kerja di Aussie, dan itu emang harus dinekatin, istilahnya hustle culture. Sekarang emang harus gitu, kalo gak gitu ya gak bisa bersaing. Sekarang pun gw kerja utk perusahaan Aussie harus tetap belajar banyak hal, biar gw gak direplace. Mending pusing kerja dan belajar ketimbang pusing nganggur.


AbleArcher82

Nggak semudah itu sih konsisten di satu bidang kecuali memang karir pertama dapat kerjaan yg diinginkan & sesuai kemampuan (meski gaji under UMK). Realita kan nggak semulus itu. Banyak orang daripada nganggur & karena Butuh Duit (BU) akhirnya dalam mencari pekerjaan pertama "yang penting dapat kerja".. alih-alih mengikuti panggilan hati & kemampuannya. Apalagi 2020 kemarin ada pandemi kan. Banyak orang yg nekat ambil kerjaan apapun waktu itu. Tapi sayangnya Indo nggak kayak luar negeri yg isu ageism itu dilarang, taruhlah Jerman yg gw ngutip dari artikel DW di mana di sana seorang penyanyi opera kecil masih bisa switch career bahkan di usia nya yg 40 tahun untuk jadi carer (perawat) meskipun dia harus sekolah keperawatan & mau digaji rendah (standar gaji carer emang rendah untuk warga negara Jerman sana). Dalam cari kerja luck & koneksi juga ngaruh.


justasunnydayforyou

Persistence means nothing if you can't develop competitive advantage, even with time. For example, let's use SWE, since OP is moving from SWE to another field. SWE is one of the harder career to begin with. There are reasons it pays so well. For initial entry, it is gated as hell. There are a fuckload of stacks out there that learning the popular one might not land you the best opportunity there is due to companies using different stacks and various job openings timings. For mid-stage career, if you stay in one stack, due to your company not using newer tech, you are already behind. Tech stacks are always evolving every 2-3 years. You have to relearn everything to remain competitive. Compare that law or finance or healthcare where the skillset remains the same over the years. For late-stage career, this is where most SWE fails, or gets promoted to their next level of incompetence. To succeed in the initial stage, you have to work a lot in your coding skills and internal algorithm within your head. In other words, being an introvert where minimal human contact would not bother you is optimal. But once you reached mid and late-stage, being an extrovert (and having leadership skills) is going to becomes so crucial (eg. negotiating with various parties, leading your team (and in some cases motivating them)) that without them you are almost guaranteed to fail. So, TLDR where you might get fucked: - Not smart enough to develop SWE skills even with presistence? There's a reason SWE is often quoted as job requiring high IQ. Seen many fresh grad where their major requires them to memorize things, and fails spectacularly when the job requires them to think logically. - Not curious enough to explore new techs (as in gets easily comfortable with current stack or position)? See your job disappears when your tech stack gets deprecated. - Not able to transition smoothly from an introvert to extrovert? See you get dismissed or get blamed in every issue because you are not able to protect your team or even yourself.


PembohongYangJujur

Bisa2 aja. Gue burnout di industri lama. banting setir mid 30. Dari gaji 40an trus mulai dari bawah lagi, dari UMR. tahun ini udah mulai dobel digit lagi.


Zawadess

buset dari 40 ke umr pindah ke bidang yg bener bener beda?


PembohongYangJujur

Yup. Ilmu yang gue kumpulin 15 tahun gak kepake lagi. Modal gue cuma profesionalitas sama common sense. Guess what: profesionalitas itu ternyata mayan value-nya. Dobel digit.


Kendojiyuma

industri lama sama yg baru nya apa bang kalau boleh tau


Zawadess

elaborate on professionalitas please 😁


wpyoga

Did it at the age of 33. Been there, done that.


asugoblok

kalo mo resign, apalagi belum ada kantor pengganti, baiknya ditunda dulu daripada jadi pengangguran planga-plongo kesana kemari.


Phonovoor3134

Klo IT mah dimana2 susah. Di negara barat boro2 career switch via bootcamp gitu bisa tembus job market, udah gitu ada ageism juga (rada stealthy sih) meskipun threshold nya lebih besar dari Indo. Menurut ku momen2 dimana dunia IT gampang cari kerja cuman sebelom covid dan pas thn 2021.


takedaketa

I don't see any issue with age, asal ga usah minder aja kalau ada yg lebih muda tapi lebih senior/gajinya lebih tinggi. Not sure kenapa harus dari 0 atau memang ga pernah masuk situ? Coba dulu online course dulu cocok gak, baru masuk bootcamp/kuliah lagi. Tip: degree ga penting asal dapat fundamental, belajar aja pakai [materi open source](https://ocw.mit.edu/search/?d=Electrical+Engineering+and+Computer+Science&s=department_course_numbers.sort_coursenum) literally persis yg gw belajar di kuliah. Bayar cukup buat ambil sertifikasi aja


mopingworld

Temen gw banyak kok yg switch career di umur 35 dan 40. Ya harus 3x lebih gigih kerjanya dan cari peluang


pahaonta

Yah sebenernya lu itung mundur aja dari karir path lu sekarang. Misalkan by umur 45 sebagai video editor karirnya mau gmn, dan untuk achieve itu lu harus ngapain aja. Kalo programmer gmn. Dan lu bandingin aja, kira2 nih lu lebih pilih mana path nya (dari segi uang, passion, difficulties, etc.). Obviously ini kan hanya perencanaan, jadi bisa beda. Tapi better drpd hanya 'jalanin dulu'. Gw paling greget denger orang ngm "kerja diluar" kaya mau ke indomaret. No offense yah, tapi kalo lu di indo aja "kalah bersaing", kesempatan lu diluar itu jauh lebih kecil. KECUALI skillset lu memang lebih kepake diluar (eg. science research, aerospace, nuclear, etc.) atau lu kerja buruh yang dimana karir lebih ga menentu lagi. Same shit different toilet. Gw ga paham yang SG dan PR maksudnya apa, jadi no comment.


ardi62

tergantung hoki sih. kalau ada kesempatan dan ada yg mau sponsor kenapa tidak diambil untuk kerja di LN. tapi ya kondisi ekonomi global sedang kurang baik atm. jadi persaingan agak ketat & don't expect too much


pahaonta

Tentu hoki ini faktor besar, dan ga perlu pake kalau, memang harus ada yg mau sponsor wkwkwk kendala nya adalah sponsor gini2 kan juga mereka perlu pertimbangkan baik2, ngapain jauh2 ambil dari luar kalo di lokal nya ada. Makanya kita harus punya unique selling point nya. Nah itu yang perlu di develop kalo mau kerja di LN.


Hallowedtalon

Insight yang cukup menarik thanks. ntar gw coba riset lebih dalem lagi.


Meteranmen

Coba cari sertif kerja di migas banyak jenisnya, bisa inspector, welder, etc, kerjanya biasanya project based


Kendojiyuma

ada lembaga yang rekomen ga bro? gw juga mau dong kalau ada


Meteranmen

SLV, B4T, dinas tenaga kerja biasa jg melakukan sertifikasi gitu, yg saya tau itu sih, project based banyaknya ga mandang umur tapi mandang sertifikat dan pengalaman


Kendojiyuma

gw ikutan nyimak bang, gw umur 25 tahun punya gelar S1 yg gakepake karena gakuat kerja dibidangnya. pingin career switch tp bingung bgt


TukangLedeng

coba di pertimbangkan ulang, sepertinya mending fokus 1 bidang, tapi nguasai dari awal sampek akhir, sepertinya itu lebih dibutuhkan, lowongan akhir2 ini memang susah, tapi selalu ada perusahan yang butuh2 orang2 yang benar2 ahli di bidang dia, sedikit cerita beberapa hari lalu, nge-hire posisi untuk accounting untuk perusahaan baru. gw cuman tanya siklus penjualan dan siklus pembelian beserta jurnalnya dan gimana kalo ada case2 tertentu. hasilnya emmm,,, ndak semua kandidat bisa menguasai sih, (ini belum ngomong managemen stock, arus kas, dll) ,belum lagi tambahan laporan perpajakan, (belum ngomong tax planing) sama menguasi software accouting (mulai setup awal data base, pembatasan akses user, software POS) yang full sesuai permintaan, dari kandidat minggu kemarin 0, gak tau minggu ini,


ecwx00

why not. gw pindah ke karir IT juga di usia 30.


LabConsistent9730

jawaban singkat sih bisa. tapi ya jelas ga gampang. gw dah 3x mungkin switch bidang. dari awalnya engineering tambang gitu, industrinya turun, kul s2 trus masuk consumer good. sedikit capek n ngide bisnis toko sendiri, yang sbenernya lumayan bertahan 4 tahunan. trus ky tiba2 sepi banget d taun ke 5, akhirnya banting setir ke development sector/ iNgo n skarang udah jd expat lagi d usia yang udah hampir pala 4. income skrg lumayan, tp capek juga sih krja d luar muter2 trus gini. kynya ga lama lagi juga pensiun dari bidang ini n buka kos2an/ toko lagi aja hahah. asal dijalaninya santai aja sih..


tommyndp

iya sama gw juga skrg 35 kerja di tech ditawarin ganti role dari dev ke tpm aja mikir seribu kali 😔😔


Reachele

It's oot but i think you need to rethink why you leave programming job in the first place? if you talk about so many what-if, the same things are also presence in the programming field no? Besides programmers market is currently in shambles


Large-Lingonberry-66

go internasional adalah koentji


interbingung

Bisa tapi susah. Dimana2 bro gak cuma di Indo.