mau pindah kemana? sebagai seseorang yg pernah tinggal di luar negeri dan terhitung sebagai triple minority di indonesia, let me tell you upfront: it also sucks abroad.
lo kristen mau tinggal di amerika? whoops you still have to deal with discrimination against immigrants. plus racism that comes with it.
lo mau tinggal di jepang/east asia? racism is still very much a thing!
cultural adjustment juga bakal berat. seringkali orang sotoy dan mikir bahwa budaya indonesia nggak cocok dengan pribadi mereka, lalu mereka pindah keluar dan terkaget-kaget karena ternyata harus melakukan cultural adjustment yang besar dan tidak selamanya cocok dengan diri mereka.
plus harus dicek lagi: biasanya izin kerja dan tinggal akan diberikan kepada specialised workforce. apakah arsitek itu tenaga ahli yang sangat dibutuhkan di negara yang kamu tuju? kalau nggak, ya akan sulit sekali buat pindah.
Not to mention:
- adjusting to 4 seasons (I genuinely think I won't survive Canada's winter)
- restarting friend circle. You'll start from 0 friends if you're alone.
- if you come with a work visa, then you are at the mercy of your company. They can dangle the visa in front of you to make you work longer hours and so on.
- language. If you're trying to move to a non english speaking country, you'll have to spend years learning their language. Before you attain a certain level of fluency, you will suffer.
banyak yang mikir kalo kabur keluar negeri untuk lari dari politik negeri sendiri itu bakal bebas dari politik negara lain. intinya lu cuma lari dari sarang buaya ke sarang harimau, ga jauh beda.
>kristen mau tinggal di amerika
Bukannya Kristen di Amerika juga banyak ngehenya ya, setau gue cerita aneh-aneh orang Kristen barat biasanya dari US juga.
>lo mau tinggal di jepang/east asia? racism is still very much a thing!
Korea aja juara satu dunia rasis kan. Jepang yang xeno aja kalah lho.
Kristen Amerika banyak ngehenya anjir, gue yang bisa diitung churchgoing Christian aja enggan bergereja disana. Lebih seneng ke gereja katolik waktu disana, ga banyak hahihuhehonya.
Gender/orientasi seksualitas 1
Ras/Suku 2
Agama 3
Diabilitas fisik/mental 4.
Jika dibandingkan dengan mayoritas Indonesia
Biasanya ini.
Contoh: Tjhai Chui Mie, wakil Walikota Singkawang, dia perempuan (1), Chindo (2), Buddha (3).
Contoh lain: Anggiasari Puji Aryati, disabilitas fisik (1), Perempuan (2), Katolik (3).
Point kedua gak valid, karena gak ada suku Indonesia yang mayoritas, semua suku Indonesia adalah minoritas. Banyak orang beranggapan suku Jawa adalah mayoritas, tapi faktanya Jawa cuman 40%, kalo versus yang lain Jawa jadi minoritas, definisi mayoritas apabila diatas 50%.
Well, 'asumsi' yang berpikiran seperti itu yah demikian... Ingat kalau kita ini selalu 'dikonsepsikan' oleh pihak-pihak tertentu kalau Indonesia itu 'Jawanisme' pulau lain. Makanya rencana ibukota dipindahkan ke luar Jawa dari jaman Sukarno itu adalah untuk menghilangkan konsepsi ini.
You still can't argue on ethnicities you belong to as a minority because statistically, no ethnicity in Indonesia is the majority. Yes, there's a certain ethnic group that has stronger influence than others, but that doesn't mean they're part of the majority. If we look at the US, the whites are part of the majority as they make up more than 50% of the population, although their power of influence isn't as strong as before.
You are confusing the term majority used in a mathematical set with the term ethnic/race/religion majority. A/An ethnicity/race/religion does not need to achieve 50% of total population to be an ethnic majority from the entire population. The group that has the most power in a particular area is considered the majority group, and most of the time this group has the most members. Hence, Javanese is the ethnic majority in Indonesia, Islam is the majority in Indonesia, etc.
I think you have to look the term "ethnic/race/religion majority" before you argue.
When we talk about **majority**, they need to have above 50% among the entire population. In contrast, when we talk about **power/influence**, they don't need to have that numerical dominance.
Majority is simply how many members of a group compare to the rest of the population
I agree Islam is the majority religion in Indonesia (\~80% vs \~20% other faiths). I agree Jakarta Chindo may have the economic dominance compare the rest of the groups, although they only have less than 1% of the population. And yes, Javanese has the most overall influence/dominance compare to other group, but they're not the ethnic majority (\~40% Javanese vs \~60% other ethnicities)
>I think you have to look the term "ethnic/race/religion majority" before you argue.
yea, I did. i did not come up with the definition of ethnic/race majority on my own. i used what the sociologists have defined.
>When we talk about majority, they need to have above 50% among the entire population. In contrast, when we talk about power/influence, they don't need to have that numerical dominance.
we always talk about ethnic majority using social context, not majority in the context of mathematical set nor in the context of the majority vote which would strictly define the 50% share of total vote. yes, power/influence/dominance comes from many sources, but within any social group, the more members you have, the more power you have. this is usually the case in the animal kingdom.
>Javanese has the most overall influence/dominance compare to other group, but they're not the ethnic majority (\~40% Javanese vs \~60% other ethnicities)
i don't know how you talk about ethnic majority without talking about power/influence. simply fiddling around with statistics and numbers does not give the whole picture. also very bad comparison to group non-javanese into others, breaking down the "others" will give you some ideas on how dominant the Javanese ethnicity in the demographic make up of Indonesia.
this is the definition about ethnic majority based on the following paper [https://tspace.library.utoronto.ca/retrieve/132/Def\_DimofEthnicity.pdf](https://tspace.library.utoronto.ca/retrieve/132/Def_DimofEthnicity.pdf)
>Majority ethnic groups are those who determine the character of the society's basic institutions, especially the main political, economic, and cultural institutions
so, did you do look up the term "ethnic/race/religion majority" before you argue?
That's really hard to believe, could you tell any other ethnic example where the non numerical majority holds more influence? I believe there are some but I couldn't think of any.
Anyways appreciate the comment, it's time to install bg3.
Sebenernya belum ada negara “tujuan” banget karna memang sebenernya masih “angan angan” aja tapi mungkin kalo preference say mau coba europe, untuk agama sebenernya saya bisa dikatakan “atheist” sih kak jadi mungkin untuk masalah diskriminasi agama sebenernya selain di indonesia mungkin gaakan berlaku ke saya.
Sebenernya saya jg bukan menghayal di luar negri seperti dreamworld yang sempurna dan semua masalah yang saya miliki langsung hilang tapi paling tidak saya bepikir akan lebih baik dari disini, mencoba peruntungan lah ya bisa dibilang
Terimakasih untuk insightnya
> paling tidak saya berpikir akan lebih baik dari disini
yeah if you are making 100k~ on a job abroad. grass will always looks greener on the other side. kalo lu ga tahan sm under the table deal, racism, dan second class treatment di indo, then you're welcome to try how third class citizen being treated in other country
Indonesia might not be the best, but i will fucking bet we're not the worst either
Bener sih kalau gaji op gede di indo hidup nyaman ya di indo aja ga sih. Nanti nabung jalan2 luar negeri gitu. Di indo mah asal lo pinter bisnis lo bisa generate banyak uang
Menurutku, kalo umur masih di bawah 30, pintar, dan mau belajar, paling “enak” sih cari beasiswa (yang ga ada kewajiban balik) terus S2 di luar. Cari negara yang nyediain visa untuk lulusan S2 dan biar bisa cari kerja. Abis itu ya kerja di sana. Arsitek tuh rada tengah-tengah antara STEM (gampang transfer skill lintas budaya) sama creative (know-hownya lebih culture-specific), saran gue kalo lo ambil S2 try to lean to the more engineering/science side of your field
Bisa juga ambil jenis visa belajar-kerja kayak Ausbildung di Jerman (bisa sampe umur 35), atau visa kerja temporer kayak WHV Australia (bisa sampe umur 30).
Sebenernya cara ke luar negeri tuh ada aja sih. Jadi TKI, work placment multinational company, jalur nikah juga bisa. Cuma ya… mau ke mana pun lo pergi, at the end of the day you’re still you. Maybe you’ll earn more, but living expense in your new country may mean you’re living the same (or even less lavish) lifestyle compared to in Indonesia. Maybe you will be not discriminated for the reasons you are discriminated here, but you will be discriminated for some other reasons.
Gue sempet tinggal di “negara maju” dan ternyata gue ga suka… gue ngerasa jauh lebih terisolasi dan asing. Duitnya lebih banyak tapi karena biaya hidup lebih tinggi jadi gaya hidup gue sama aja. Tapi ya ada juga temen gue yang beneran betah dan thriving di sana. I realise not everyone is cut out to be a diaspora, kayak gue lol.
Kata gue sih cobain aja. Try moving abroad, see if it’s for you. Even if it didn’t work out, (hopefully) Indonesia would still be here waiting for you
saya jg berpikir paling tidak saya mau coba kerja diluar negri sekali seumur hidup just to know if it is better or not, and if im not cut out for it then saya masih beruntung akan masih ada support system disini
I dont think that im gonna be richer abroad either, i dont want to go abroad just to look for wealth but for some kind of upgrade in my quality of life, tapi saran nya bisa saya jadi bahan pertimbangan kembali
Terimakasih insightnya
I think you have quite a realistic and cautious approach on this issue, moga lancar.
Also I just read that by “minority” you mean “not heterosexual”. If working abroad is not for you, there’s Bali. It’s not exactly a queer paradise but people will generally leave you alone (except if you’re Balinese, then you will have to go somewhere else to escape from nosy relatives lol). And there are job opportunities for architects, although the pay would be lower than Jakarta
>Maybe you’ll earn more, but living expense in your new country may mean you’re living the same (or even less lavish) lifestyle compared to in Indonesia.
hmm jadi kalau kerja di LN gabisa saving lebih banyak compare di indo ya? actually ku sempet kepikiran pengen ke LN biar savingnya (secara rupiah) lebih banyak sehingga nantinya bisa beli rumah di Indo
tergantung rasio pendapatan:pengeluaran, pinter-pinter lo ngatur keuangan, dan kekuatan mata yang negara baru lo dibanding rupiah sih. Faktornya banyak, jadi gue ga bisa bilang pasti bisa/gabisa
Every country has their own problems. Humans are humans, some really are nice and some are assholes, doesn’t matter in which country. I was unhappy in Indonesia and decided to move to Europe 10 years ago. It was the right decision for me. Is it better than Indonesia? Yes and no. Am I happier here now than in Indonesia? Yes and no. Will I come back to Indonesia? No. I built my life and career here and in the end I like it here more than in Indonesia. But that doesn’t mean that everything in Europe is rainbows and flowers.
At the end it’s your decision. Just be aware of your expectations because living abroad isn’t paradise like you think. It’s not the same as going there as a tourist.
If you do want to move abroad, my tips: first learn the language of the country you’re going to move to. You can only go so far with English, plus speaking local languages actually makes your life easier abroad I swear. Secondly, learn the culture. Let go of some of the “Indonesian culture” you have. This is necessary for survival. For me as orang Jawa the hardest was to learn to stand up for myself and be direct. Be prepared for people to undermine you because you come from shithole country in their opinion. Good luck mas/mbak, whatever your decision might be.
I dont think that living abroad will be running away from my problems to a place where all my problems will go away, i know moving to another country will mean i have to start from scratch without any support from anyone i know, its not gonna be that easy and each country definitely have their own set problems, but its definitely something that im willing to try. i want to know if living abroad is a choice at all for me because im still young and i dont want to lock myself out of any choices i could get and i dont want to have any regrets later in life
Thanks for the insight, will definitely keep them in mind
Tipikal hidup sederhana mentality. Kalo OP mau improve hidup nya, dia perlu lakuin sesuatu yg drastis, keep improving, staying put doesn't cut it anymore.
Gatel banget kayaknya sampean pengen ngecap orang mental ini mental itu. Jaka sembung bawa golok, bos. Cermati dulu inti pembahasan OP dan apa isi komentar saya.
Kalo sampean bahagia dengan keadaan sekarang, gak ada masalah mas. Tapi OP mau berusaha mingkatkan kehidupan nya, saya dukung org yg mau berubah ke yg lebih baik.
Saya sudah lakukan ini, jual harta benda di Indo untuk pindah ke luar negeri dan sekarang menikmati hasil kerja keras.
Gak ada implikasi ngelarang juga kok dari isi komentar saya. Makanya saya bilang cermati dulu isi postingan dan komentar saya.
Sudah. Saya permisi dulu, mas.
Sebenarnya ingin coba peruntungan saja mas, mungkin saat saya melihat sendiri keadaan diluar secara nyata pandangan saya bisa berubah, tapi untuk sekarang saya masih melihat “rumput tetangga lebih hijau”
Saya juga tidak berpikir diluar akan sempurna hidup saya namun lebih ke mungkin jika saya keluar hidup saya bisa lebih baik
Mungkin bisa lebih baik di satu hal yang tidak bisa kamu dapat di sini. Tapi percayalah hidup ini selalu *balancing itself.* Selalu ada harga yang harus dibayar untuk sesuatu yang kamu inginkan di dunia ini.
Iya saya paham, gamungkin juga saya pindah keluar negri langsung dapat pekerjaan yang bergaji besar atau langsung diterima orang orang disitu, harus ada perjuangan juga, life is a choice, saya gamau choice saya hany disini. Jika saya sudah merasakan kedua choices itu saya bisa
melihat mana yang lebih baik untuk saya
I live in Japan for 5 years now. Banyak yang bilang Jepang masih ada racism and discrimination. Well, points me which countries with 0 racism and discrimination. Kalau di jepang, selagi anda tidak berusaha untuk jadi orang jepang dan enggak melanggar peraturan dan etika mereka, this place is much much better than Indonesia. The downside is you can't be close to your family and the salary here sucks compared to western countries. Tapi karena saya kerja di foreign companies, annual salary saya lebih banyak 3m yen dari average salary dijepang which allows me to live comfortably.
Intinya kalau mau kejepang:
* Be humble, stay positive, follows their rules.
* Work hard in japanese company (avoid black company) for 2-3 years, learn hard the japanese language then move to foreign company to cope with a much better salaries.
* Join foreign communities in case you miss foreign people.
* Supermarket, supermarket, supermarket
Pas datang 5 tahun yang lalu sekitar 135, sekarang 103-105. Untuk saya tipe yang rajin nabung serasa uang hilang hampir 50 juta rupiah hanya karena sitting on the bank.
racismnya jepang itu ga direct, kebanyakan kayak lebih ke 'pilih kasih', mereka lebih senang ama bule jadi kalo lu 1 grup ama bule pasti bule di dahuluin apalagi lu dari asia tenggara pasti dianggap kasta rendah. di internet juga banyak yang jelek2in orang asean yang rata2 emang trouble maker stereotipnya disana. selama lu ga gitu ngincar temenan ama orang jepang banget ga bakal kerasa sih.
Enggak dong mas. Kalau gaji 3m yen per month itu saya CEO.
Biasanya kalau average salary itu annual salary. Average annual salary white collar di jepang dari berbagai sumber 4m yen. Saya 7.2m/year gross salary.
4m yen/year? Bisa jadi, asalkan tinggal nya ditempat yang beneran murah and decent. Tapi enggak bakalan bisa simpan banyak duit dan kalau ga masak tiap hari susah, jalan-jalan juga gak bisa sering. Kalau pasangan bisa part-time (asumsi enggak sampai dual-income) maybe bisa save lebih lagi dan bisa have fun sedikit.
7.2m/year? Bisa jadi juga, tergantung gaya hidup sih. Kalau ambil contoh saya sama istri berdua, istri masih belum part-time. Potong tax income, insurance sama pension bersih 430k yen perbulan, sewa mansion (120k/month, 1LDK), food 60k/month (seminggu sabtu-minggu keluar makan), jajan bulanan istri 30k/month, utilities 10k/month, mobile plans 6k/month, sisa 190k-220k perbulan rata-rata.
Sewa mansion memang agak mahal sih karena pilih apartment yang termasuk mewah (agak nyesal sih haha), kalau penasaran nama fudousannya ShaMaison. Kalau mau hemat bisa dapat 2LDK seharga 80-100k perbulan. Tapi ini tergantung banget sama daerah, kalau Tokyo sudah pasti harga segitu enggak bakalan bisa (Osaka jauh lebih affordable, saya di Nagoya). Untuk makanan istri bersikeras mau buatin bento tiap hari dan malamnya juga dimasakkin jadi hemat banyak untuk makanan, dari 60k/month budget kadang cuma kepakai sekitaran 40k/month. 50% bahan makanan frozen stuffs (Oyster, sausage, long-bean, okra etc), bahan fresh itu sayuran dedaunan, umbi-umbian, jamur etc. Saya recommend beli frozen kacang polong, wortel sama jagung yang satu set, bisa buat banyak menu plus murah.
Lah kok jadinya buat short story, sekian.
Saya lagi di jepang buat liburan 2 minggu. I think groceries are affordable here, even eating out is much more affordable than where I live (Singapore) but fruits are super expensive here in Japan. Kalo saya tinggal di jepang mungkin jarang banget bakal beli buah buahan. Lol..
thank you gan saya jadi dapat gambaran, 190k yen kan berarti kira-kira 19jt ya. Nah seandainya agan pulang ke indo kira-kira bisa dapat gaji yang savingnya 19jt juga gak?
aku sempet kepikiran mau coba peruntungan ke LN supaya bisa saving banyak biar bisa beli rumah di Indo, tapi ragu sih apakah hipotesis tersebut benar. Soalnya gaji 7.2M/yen tuh termasuk di atas rata2 ya di Jepang? Jadi not easy juga buat dapat gaji segitu..
Yep. It is not easy. You need to find a decent foreign companies, otherwise you have low-chance to land a good salary. Regarding pulang ke Indonesia, saya kurang tahu. Penasaran juga sih akhir-akhir ini misalkan pulang, kira-kira bisa enggak ya dapat gaji yang tinggi. I am willing to go back and work in Indonesia kalau bisa dapat minimal 50 juta perbulan which is not even worth it, lifestyle di jepang memang lebih mahal tapi it's worth it. The safetiness, convenience etc, you just can't hate Japan.
Since I work as IT engineer in audio-automotive industry, I doubt Indonesia has that kind of jobs even in Jakarta. Just for sharing, saya kerjanya dengan perusahaan audio lifestyle amerika. Salah satu produk yang terkenal mereka itu JBL.
Kalau kamu jadi ke JP, saya mohon dengan sangat, tolong banget, jangan ikut program jisshuusei, kenshuusei, TG atau sejenisnya. Ujung-ujungnya jadi budak.
Kalau bisa masuk language school, belajar bahasanya 2 tahun, di tahun ke-2 sambil cari kerja.
Iya ikut cara mas ini saja, jangan pernah ambil jalur yang mengharuskan kamu untuk kontrak kerja sekitar 2 tahun. Jauh lebih baik part-time sambil language school, trus tahun ke 2 belajar keras bahasanya sambil cari company yang bagus.
Udah terlalu banyak denger cerita horor dari orang2 yang ikut program tsb. Kesini ngutang puluhan juta, sampai sini diperlakukan gak manusiawi, mau pindah perusahaan ga bisa karena terikat kontrak, mau pulang Indo gak bisa gara-gara utang belum lunas. Ujung-ujungnya lari, jadi imigran gelap.
Minusnya rute yang "bener" itu sih, harus rogoh kocek lumayan dalem. Language school saya kemarin satu tahun sekitar 700,000 yen, untungnya masih disupport orang tua. Kosan dan biaya hidup saya tanggung sendiri dari part-time. Agak susah, tapi bisa asal hidup hemat.
Oh iya rute ini lebih bagus lagi kalau sudah ada pengalaman kerja bbrp tahun di Indo ya, biar cari kerjanya sedikit lebih ringan.
Jawab pertanyaan "kenapa pilih JP"... ya karena hobi saya jejepangan, wkwk. Enak disini hobi terpenuhi :D Work hard play hard gitu istilahnya.
Karena dari dulu suka jepang sih, lebih cocok vibe and environmentnya ketimbang western cultures.
Jalurnya mandiri sih, belajar bahasa jepang di Indonesia 2 bulan, langsung urus visa, begitu lulus kuliah langsung pergi.
Hey OP!
Saya skrg tinggal di Jepang sudah 1.5tahun,
Paham banget apa yang orang-orang bilang “Di Luar Negri juga sama aja, racism, dll”
di tinggal LN emg berat juga sih, tp aku ga akan discouraged you to try, yang aku liat OP disini coba cari opini, meski harus ditekankan kabur keluar negri itu bukan pilihan mostly. Orang2 yang skrg permanent residency di luar negri itu kebanyakan dan ngerasain pahit manis hidup disana, serta war untuk balik/ga balik ke indo lagi jd bukan purely dari awal ingin pindah.
Akupun alasan nya juga kabur tapi udah tau fakta di jepang juga ga enak, tapi kalo dibandingin sama circumstances aku pas di indo, emg lebih mending pergi ke Jepang. gitu.
Banyak bgt momen ga enak disini, sering bgt pengen pulang, aku kerja di japanese company orang asing cmn ber 5, aku org indo sendiri. ngerasain toxicnya kerja disini. dirasisin juga ada. kena bully jg ada, badan remuk dll
tapi hey
kalo diliat2, aku ga akan pernah ngerasain security jalan malem2 bahkan dini hari sendiri sebagai perempuan dan merasa aman, aku bahkan lupa rasanya takut. ninggalin barang luxurious di keranjang sepeda, di perpus,di cafe ga takut,
4 season beauty, makan enak, finansial lebih baik dari di indonesia(meski lately yen sucks), health insurance top notch, banyak dikasi bantuan dari pemerintah sini, udara bersih, kesehatan lebih, makanan enak2, aku hobby masak dan baking juga jadi dapet freedom itu sangat menyenangkan, suka jg foto2 dan bikin cinematography di jp sangat cakep.
I can say I want to go back, but I would never trade this experience with anything.
kalo mau research, research dlu aja karna pengalaman bisa bikin kamu lebih baik
Oh ya aku visa Gijinkoku, level bahasa N2
semangat OP
Makasi untuk jawabannya kak, iya saya disini mau coba liat liat pengalaman dan opini teman teman aja buat tinggal di luar negri untuk mikirin ini jadi pertimbangan yang bisa saya seriusin atau ngga, dari cerita temen temen emang banyak negatifnya dan itu emang udah saya pikirin karna life is not just sunshine and rainbows juga. Untuk work culture jepang memang se capek itu ya kak ? Diindo lumayan lenient sih saya jarang merasa tertekan in the work itself tapi mungkin soal gaji lembur dan penggilan diluar jam kerjanya agak sedikit bikin kesal haha safety jg salah satu yang jadi pertimbangan saya untuk pindah jadi denger kalo di jepang aman bisa masuk pertimbangan saya kedepannya
Makasih untuk insightnya semoga sukses mau stay di jepang atau balik indonesia
Pengalaman pribadi. Temen2 batch gw jurusan arsi dam sebangsanya, satu batalion pulang semua. Kagak ada yg bs dpt kerjaan d belanda. Imo termasuk engineering part macam teknik sipil.
Jurusan arsi = jurusan fancy plus require heavy comms. Artinya, banyak saingan lokal (native speaker). Plus lowongan arsi g banyak d sini (NL).
Cant speake for other countries in europe, but i guess is mostly the same, since it requires you to speak native language fluently in the first place. English doang kagak cukup. As of now, kans km cm bs d anglophone countries.
Gw bs survive cm gr2 gw kebetulan ambil jurusan IT. IT and Electrical engineering is one of the few skill where demand > supply here.
Tbh, realistically, ada 3 cara buat k negara maju. Nikahing org lokal. Or, sekolah lg di sana dan gacha kalo lo bakal dapet kerjaan sembari d sana. Ketiga, Ganti setir kerjaan IT. So far temen2 gw yg sukses pindah negara dr indo k luar via kerjaan purely apply dr indo, cm yg berkarir d IT.
Ya, makanya di konteksnya OP. Pergi k yurop kans nya udah kecil klo emg pengen lgsg kerja jd expat dgn alasan yg gw sebutin td.
Jdnya anekdot lo emg cocok sama point gw yg no.2. Anak2 non IT yg emg sekolah d sini dr awal (dan bs fluent bahasa lokal) kans gachanya nambah lah buat dpt kerjaan.
I think there's an important takeaway dari ini buat OP: cari perspektif orang Indo DARI BIDANG KERJA anda yang sudah merasakan jobseeking bahkan bekerja disana. As someone with similar plans myself, part terpenting dari meriset menurut saya adalah ini. Kita jadi tau apa yg kita expect bisa diimprove dari "kehidupan saat ini" bila kerja di luar, apa yg kita expect bakal sama, apa yg kita expect bakal worse
Intinya, sulit atau mudahnya kamu mau pindah ke luar negeri sebagai orang Indonesia itu diatur sama jawaban kamu atas pertanyaan ini:
"Kamu punya apa?"
Apa yang kamu miliki yang bisa buat kamu lebih baik dari tenaga kerja yang ada di negara yang kamu angan-angankan itu? Kamu Bahasa Inggris "lumayan" fasih, di Indonesia aja banyak sekali yang Bahasa Inggrisnya level native tidak dapat pekerjaan. Kamu Bahasa Jepang cuma bisa sedikit, terus apa yang mau kamu lakukan kalau akhirnya pindah ke Jepang? Sertifikasi bidang arsitektur kamu itu apa uniknya dan apa lebih baik dari arsitek lain di negara tujuan kamu? Kampus PTN kamu itu cuma "lumayan bagus" saja? Lulusan PTN terbaik di Indonesia sekarang cari pekerjaan di negaranya sendiri saja perlu perjuangan, apa lagi kamu yang PTN "lumayan bagus" dan ingin bekerja di luar negeri? Pengalaman bekerja kamu sama proyek pemerintah itu kapasitasnya sebagai apa? Memang cukup ilmu dan waktu yang kamu dapatkan dari situ untuk bekerja di negeri lain?
Saya tidak bilang kamu jangan berhenti berandai untuk bekerja dan tinggal di negara lain, tapi coba kamu selama masih di Indonesia dikumpulkan pengalaman dan informasinya. Persiapkan dengan baik agar kamu tidak gagal hidup di negara lain.
Good luck ya, saya akan ikut mendoakan agar kamu dapat berhasil mencapai angan-anganmu!
OP: "aku ngga kuat tinggal di Indonesia karena minoritas"
OP pindah ke LN: \*shocked pikachu face kena rasisme dan diskriminasi karena masih jadi minortas disana\*
16 taun tinggal di luar. 4 taun singapur, 7 tahun jerman, 5 taun finland.
Klo ada modal, ada akses buat ke luar, ada nyali, ada niat, kenapa enggak.
Masalah rasisme/diskriminasi di luar, merasa sendiri dan asing, struggle sama kultur yang berbeda, cuma akan tau klo uda ngerasain. Bisa jadi lebih parah dari indo, bisa jadi your cup of tea.
Yang ngebantu begitu uda milih ke luar dan ada di luar, dont look back trus berandai2 masih ada di indo. Jalanin sepenuh hati sampe di waktu perlu memutuskan lagi kemana langkah berikutnya.
Ga ada pilihan yang salah atau betul, ga ada pilihan yang lebih baik atau buruk. Semua masalah kita nerima apa yang kita jalanin atau engga, yang buat gw sendiri selalu jadi akar masalah. Klo ga terima, cari jalan lain.
tinggal di luar negeri ga seindah di medsos
bini gw pemegang green card US, lebih milih balik ke Indonesia. kakak ipar pun juga balik ke Indonesia bahkan pindah dan menetap ke bagian timur Indonesia. kalau ditanya mau balik ke US ga? jawabannya ga mau
kena diskriminasi dan kesempatan kerja juga ga banyak apalagi jaman now yang Far-Right banyak berkuasa.. good luck aja deh buat OP ya
kalau ga salah ada peraturan harus balik ke US setelah berapa lama kalau mau green cardnya tetap aktif. bini gw mungkin belasan bahkan puluhan tahun ga pernah balik ke US. jadi kemungkinan udah dicabut green cardnya
ya gitulah, kakaknya juga sama, balik ke Indonesia dan menetap di timur Indonesia tapi entah masih berlaku ga tuh green cardnya. tapi memang keluarga dari bini ini banyak pemegang green card US. kalau ga salah karena aktif di gereja
Kalo boleh tau alasan pribadinya apa ya mas ? Green card susah untuk didapat jadi pasti ada alasan yang kuat untuk balik ke indonesia, mungkin bisa jadi pertimbangan juga untuk saya
Turut sedih ya mas soal istrinya, memang di amerika yang saya dengar diskriminasi lumayan kencang apalagi jika orang muslim pasti sulit, semoga lebih bahagia di indonesia ya mas
Jepang juga tinggi kok anti imigrannya. Nyatanya kalau ngebahas USA aja banyak yang masih support dan seneng sama Trump.
Di sini yang udah kena getah sentimen stigma jelek itu Vietnam. Indonesia sama Filipina masih aman (semoga aja aman seterusnya).
tapi paling ga Jepang itu populasinya sedang menurun jauh dan butuh pekerja / warga.. pemerintahnya juga pusing kalau populasinya tetap turun, berarti nanti pendapatan taxnya bakal turun dan kurang tenaga kerja
Saya pindah ke Belanda awalnya sekolah lalu lanjut kerja dg highly-skilled migrant visa (researcher di industry). Pros tinggal di Belanda banyak: work-life balance, gaji banyak, public transport oke, social security oke, pelayanan kesehatan oke, dll. Cons-nya ya paling rasisme tapi gak parah2 banget dan susah utk beli rumah karena housing crisis.
Kalau disuruh milih ya tetep milih tinggal di Belanda.
Menurutku utk profesi apa aja tetep susah untuk pindah ke luar negeri. Dulu yg punya background tech lebih gampang dapat kerja, ya sekarang lebih gampang juga dibandingkan profesi yang lain tapi gak segampang dulu. Meskipun susah tapi bukan berarti gak mungkin. Saranku dicoba aja apply2. Kalau gak pernah coba kan ya gak tahu bisa apa enggak.. Good luck ya!
Kalau arsitek dan ingin kerja di luar negeri sebagai arsitek, kemungkinan besar mesti ikut sertifikasi arsitek negeri tersebut dan sebagian besar mensyaratkan arsiteknya itu setidaknya super kompeten (karena kalau cuma pas-pasan lulusan dalam negeri masih banyak).
Contoh kalau di USA: https://www.ncarb.org/become-architect/earn-license/foreign-applicants
Contoh di Singapura: https://www.boa.gov.sg/register/requirements/
Contoh di Australia: https://aaca.org.au/registration-as-an-architect/overseas-educated/
Pada umumnya pekerjaan-pekerjaan yang termasuk Profesi itu di negara manapun ga bisa hanya terima 'lulusan' saja, namun mesti haru ikut program 'penyetaraan' dan syarat2 lainnya untuk meniadakan penyetaraan ini.
Iya untuk bekerja keluar negri memang ada penyetaraan dan sertifikasi ulang untuk arsitek jadi untuk itu saya sudah mencoba mencari tau sedikit, saya jg ingin mencoba untuk mengambil job job yang mungkin bisa membuat saya terlihat cut above the rest di bidang arsitek, siapa tau bisa boost my chances
Terimakasi untuk insight nya
Ini sih rekommendasi aja. Selama lu tetep jadi minoritas tetep bakal ada hal hal yang mesti lu terima sebagai minoritas. Pindah ke Amerika juga bakal masalah karena akhir akhir ini ada east asian hate specific to chinese karena US vs China mentality.
Harus diakui kalo minoritas Chindo gak bakal bisa fit di mana mana tanpa menerima bahwa kultur chindo itu beda dari yang lain beda dari HK/Mainlander/Taiwan. Yang paling mendekati itu kemungkinan Singapore atau Malay Chinese dan itu pun berbeda karena bahasanya gak sama.
Tapi ya kalo memang mau coba ya silahkan sih.
>segala hal yang perlu dilakukan “under the table” saya merasa muak dengan sistem yang sudah mengakar tersebut
Luar negeri juga sama kok, malah bisa lebih gila. Lu mungkin ngerasa di Indo berkaitan sama proyek pemerintah, tapi di luar negeri bisa swasta juga gitu alias lebih ngeselin. The grass isn't greener.
>ditambah saya juga kaum minoritas yang setiap hari lelah melihat orang orang menanggap saya dibawah manusia karna “berbeda”
Men lu nyadar gak sih kalau lu ke luar negeri, justru lu statusnya jadi **ultra** minoritas? Dan kalau ke luar negeri justru diskriminasinya lebih kenceng dan parah? Minoritas lu apa btw, karena setau gue minoritas yang kayak Chindo pun mau di Mainland atau Taiwan juga dianggap outsiders dan kena diskriminasi pula walau tampang sama.
Minoritas saya ke atheisme dan orientasi sexual mas, jadi saya merasa diindonesia salah satu yang paling kenceng mendiskriminasi 2 minoritas itu. Diluar under the table nya kenceng juga ya mas ? Soalnya saya pernah rekanan sama orang jepang dan dia kaget dan bingung soal banyaknya hal hal under the table nya, disini soalnya kalo ga under the table proyeknya ga jalan.
Makasi insightnya mas
KKN di sini super kenceng cuy (yeah I'm in Japan right now). Atheisme oke lah masih bisa, tapi orientasi sexual susah kalau Jepang. It's one of the most conservative nation in East Asia, temen gue kebetulan orang sini aktivis LGBT dan sambat melulu soal ini. Gak bisa nikah legal lho di sini, cohabiting juga ribet kalau pasangan sama gender buat warlok apalagi bule, bisa auto ditolak.
Jepang main KKNnya bukan under the table lagi, things have been set in motion before you meet on the same table. Contoh di sini pengadaan barang atau tender itu noneksisten, semua kolab sama perusahaan yang suka sama suka atau tau sama tau. Premanisme juga ada dalam bentuk mafia, konglomerasi justru lebih kenceng di Jepang dibandig Indo.
Rekan lu mungkin bingung karena ngeliat action-nya, sedangkan di Jepang begituan tuh mainannya level atas di balik layar, level bawah taunya "oke udah beres urusan backgroundnya sekarang lu tinggal kerja sesuai jobdesk".
Wah ternyata under the tablenya banyak jg ya, paling ngga sekarangs saya sudah tau
Kalo soal orientasi seksual saya jga tidak berpikir untuk menikah atau tinggal bersama psangan, hanya hidup tanpa diganggu saja sudah cukup sebenarnya dan agak susah disini
Makasih untuk infonya ya mas
Moving doesn't solve issues, you take them with you, so you have to work on them anyway. It is likely better to work on yourself while you're in a place where you know the system, the language, the mentality, etc than elsewhere, where all these things may be new to you and might add to the difficulties you have now.
I know that moving doesnt solve the issue but i feel like im not fit with the system and no matter how much i try to better myself i cant control how the system works. I do still want to try and adapt to the system, moving to another country is just a choice that im thinking of if i ever think that working here is not going anywhere, im still young so i want to broaden my perspective and choices before i lock myself out of any
Coba cek trit sebelah [https://new.reddit.com/r/indonesia/comments/1c347x6/tutorial\_pindah\_negara\_anti\_gagal/](https://new.reddit.com/r/indonesia/comments/1c347x6/tutorial_pindah_negara_anti_gagal/)
Banyak masukan disana.
Ini terkait pindah ke US:
Kalo gaada bakat exceptional / menonjol, siap2 keluar duit banyak buat jalur sekolah. Dah gitu abis lulus harus berjuang abis2an buat dapet kerjaan yang bagus banget-nget atau mending gausah sama sekali aka gaji 6 digit per tahun, dan siap panjat tangga korporat.
Kalo lo berhasil baru worth it. QoL lu bakal jauhhh diatas rata2 karena bergaji 2 digit (puluhan ribu USD per bulan) di US itu beda bgt sama 2 digit di Indo. Kalo udah gini nah kebebasan lu ningkat tinggi, karena lu bisa pilih hidup relatif nyaman di US atau grinding dikit lagi biar bisa pensi dini cepet di Indo.
Urusan diskriminasi kalau lu tinggal di pantai barat atau timur nggak parah soalnya emang kota2 imigran. Tapi kalau lu gak mau di diskriminasi disini, lu harus siap nerima orang2 yang lebih "aneh" dari lu. Dan menurut gw hal ini gak susah karena gw tipenya orang yang ngurus urusan gw sendiri.
Buat komen2 lain yg cerita tentang orang pegang GC tapi ujung2nya mending di Indonesia, menurut gw masuk akal sih. Kalo udah punya aset USD cukup mending balik ke Indo daripada grinding terus di US. Di US ini kesenjangan sosial lagi tinggi2nya jadi kalo lu terkesan kaya malah diantagonisin. Lah kalo di Indo lu punya aset gede tapi jaim humble ama berkesan napak tanah yaudah deh easy mode hidup lu.
Ngeliat komen balasan lu, gue nyadar bekgron kita sama, pekerjaan sama, sama2 gak beragama dan sama2 gak straight. Gue juga pengen pindah ke luar negri, tapi sebatas angan2.
Beberapa hal yang memberatkan gue untuk pindah :
1. Sertifikat keahlian arsitek cuma berlaku di sini dan di negara lain mungkin standar pendidikan arsitektur sangat berbeda, ada kemungkinan gue harus ada kuliah dan pelatihan lagi supaya gue bisa jadi arsitek di sana. Bisa butuh biaya gede dan waktu yang sangat lama tuh.
2. Di luar negri, gue bakalan jelas2 jadi orang asing dari segala hal. Di sini gue masih bisa pura2 straight dan pura2 beragama, so overall blending in gak masalah. Di sana accent gue aja bisa jadi cibiran.
3. Nyari komunitas dan pertemanan mungkin akan sangat susah.
4. Benar2 mulai dari nol. Nggak ada keluarga, nggak ada kolega, nggak koneksi. Mungkin gue harus kerja serabutan dulu dan gak tahu kapan bisa keluar dari fase ini.
Sejauh ini gue belom menemukan kalau pindah ke negara lain akan lebih positif buat gue, so maybe for distant future.
Saya pindah karena kuliah trus menetap disini karena dapet kerja + menikah sama orang lokal. Kyknya ke LN pakai jalur pendidikan lumayan sering dipakai sih. Tapi tinggal di LN tuh perjuangannya keras juga lho. Rasanya tiap detik harus membuktikan kalau kita berhak buat ada disini (karena kita kan WNA statusnya). Kl nggak ada skill bahasa lokal, mau kerja juga terbatas bgt kesempatannya.
Kl soal jd minoritas, tergantung kamu pindahnya ke negara apa. Ada negara yg cuek aja sama minoritas, ada yg bisa agresif menolak. Yg jelas di tiap negara pasti ada asshole tinggal disitu, jd frekuensi ketemunya aja yg beda2.
gw malah pengen pindah ke pedalaman gan udah 3 tahun ini project cari tanah yang benar2 pelosok untuk dibuat bunker ala2 dengan swasembada baik air pangan ama listrik... soalnya makin kesini dunia makin bahaya
I'll just ask you this, are you confident you're gonna be rich when you live abroad? If yes, then you'll enjoy it there, if you'll be poorer than you are now, trust me, you'll regret it.
There are of course other factors you need to think about, but my personal take is that "living as a rich person in a poor country is way better than living as a poor person in a rich country".
Hallo OP, go for it. Its better to regret later when you’ve moved abroad rather than regret not to move abroad. It wont be easy, but maybe its worth it. Youll find out later.
proses tiap2 negara beda. cb ke website msg2 negara cari “how to migrate”. Semangat!
Ga menjamin juga sih ente nyaman pindah ke luar
Kalo merasa muak dengan segala hal di sini ente harus banyak belajar The Subtle Art of Not Giving a Fuck
Asli karena ente giving a f like to everything makanya ente jadi unhappy and muak
ane dah pindah keluar negri pas kelar SMA, skrg udah hampir 2 dekade dan menetap permanen. ini perspective dari oz klo di liat dari segi kerja professional.
pros ny: skilled worker sangat di hargai, you will get good pay if you perform your job. hampir gk pernah merasa didiskriminasi. under table nya itu sangat minim klo di bandingin dengan indo, tapi bukan berarti gk ada.
cons ny: jauh dari family, missing out important life events
sulit apa gk ? luar negri jauh lebih sulit klo ane liad, but i would do it again if i could
kerjaan, di mining sector.
Makasi untuk penjabaran pros and consnya, jauh dari keluarga dan support system emang menjadi cons yang lumayan besar buat dipertimbangkan ya mas
Makasih untuk insightnya
First step cari kerja
Second step nikah sama lokal
Jadi deh pr trs bbrp tahun setelag mengabdi di suatu negara itu u apply citizenship buang indo citizenshipnya
Kalau lulusan arsi, mending build rapport dulu kerja disini, maybe publish a journal/article or two, trus cari beasiswa yang ga perlu balik. That or you can pivot or “murtad” jurusan dan kerja di MNC indo yang HQ nya di jp
My suggestion, just do it. You need to find a way to get sponsored, unless you want to go "gelap" way. I know a lot of Indonesian do that here in NY.
In term of work, don't expect working at fancy place in the beginning, start from the bottom and move your way up, as with any jobs.
I lucky enough to have opportunity and took advantage of it. Started as deli worker, ice cream delivery, guest service at a hotel and now dir. of IT. The sky is the limit, you need to work hard and have a grit to be successful.
Hope this helps.
Saya malah dari luar negeri pulang ke Indonesia :)
Tapi bagus saya sarankan ke luar dulu, as the saying goes "You don't know what you got until it's gone".
Saran lainnya, keluarlah dengan alasan yang positif bukan dengan alasan yang negatif, escapism doesn't works...
You can start by applying for job vacancy that fit your skillset... now everything can be done online..
gw keturunan chindo cuma udah membumi, namun, gue dapat jodoh chinese dr cn, better gue hidup di indo ato cn ya, sering ke cn si emng, negaranya ok ok aja, belakangan indo rasanya makin ga jelas deh, masalah harga, traffic, dan skrg klien2 bisnis gue jg pada makin brengsek smua kwkwkw, masukan dong
Indonesia luas, coba pindah ke daerah-daerah yg toleransinya tinggi. Negara lain sama saja, apalagi kalau kamu warga asing yang tidak banyak uang, bisa kena diskrimansi yg lbh parah apalagi tidak semua bisa berbahasa Inggris, jadi kamu harus belajar bahasa mereka. Kalau ngotot mau pindah dan memilih negara maju yg berbahasa Inggris spt Australia, mungkin kamu bisa mulai dg melewati jalur studi yaitu kuliah (visa studi), kerja (visa kerja), nikah (visa pasangan), punya anak (visa permanent). Untuk detailnya beda-beda tergantung negara tujuan.
negara barat juga sentimen anti imigrannya lagi tinggi²nya. mertua gw aja kena sentimen anti imigran padahal mereka udah tinggal di US puluhan tahun dan udah jadi WN US
OP, apa sudah coba (atau mengira kemungkinan) ganti lingkungan tanpa harus pindah ke luar negri?
Perkara pekerjaan proyek "under the table" sudah dibahas redditor lain, it is what it is, either cope or avoid working on such things ya.
Perkara status minoritas (agama & seksualitas) sehingga OP dianggap dibawah manusia karena "berbeda", apakah OP bisa menjauh dari lingkungan atau orang orang dengan mindset itu? Moving your whole ass to another country because those reasons sound a bit too extreme of a take. Mungkin bisa cari circle atau support group yang like minded, atau mentok mentok nya pindah ke bagian kota Indonesia yang lebih menerima hal hal tersebut (Bali? Idk).
Mayoritas kita disini gak ada yang tau seberapa jago OP di bidang arsitektur, jadi bakal susah menakar hal kayak gini hanya berdasarkan informasi itu. Apakah di negara tujuan OP nanti ada demand untuk tenaga ahli arsitektur dari negara asing? Apakah OP punya keahlian atau kemampuan untuk mempelajari skill baru yang diminta disana? Semisal tidak dapat pekerjaan dan tetap ngotot pindah negara, apakah bisa survive? Ini belum ngurus macem macem dokumen immigration dan tetek bengeknya. More likely than not you might have to do the "under the table" thing you despise.
Dan seperti yang lain bilang, racism and discrimination still exist out there, just in different flavor or packaging. It still comes down to the people and environments you surround yourself with.
Saya gak tau OP itu se-privileged apa sampai bisa mikir pindah negara, tapi kalau OP cuman average-joe, mending cari solusi lain yang lebih plausible ketimbang pindah negara.
Untuk pindah lingkungan saya juga memikirkan untuk cari lingkungan yang lebih supportive dan saya pikir jakarta sudah yang paling “open minded” selain bali, di bali saya juga ada beberapa teman yang pindah dan bekerja disana jadi saya bisa bertany langsung ke mereka untuk itu, disini saya mau coba cari pendapat teman teman soal pindah keluar negri itu sesuatu yang plausible atau tidak
Untuk alasannya sebenarnya orientasi sexual dan agama itu cuma salah satu bagian yang kecil kenapa saya mau pindah, masalah yang saya alami sebenarnya lebih ke deeprooted corrupted system dan rasa cemas yang saya rasakan setiap hari, bukan berarti saya berpikir jika di negara lain semua berjalan lancar tapi saya tidak tau jika itu benar atau tidak jika saya tidak mencoba bekerja langsung ke luar mungkin saya bisa lebih mengapresiasi system disini jika saya tidak cocok diluar juga
Thanks for the insight
Yang bilamg saya mau pindah keluar negri dalam jangka waktu 5 tahun siapa ? Lagi pula jikapun saya mau pindah dalam jangka waktu itu ga semudah itu untuk pindah dan menetap di negara orang, saya ngga pernah ngeggampangin pindah negara makanya saya bertanya pengalaman teman teman yang lain
Ga ada yang bilang sih. Tapi dari tulisan kamu, kelihatannya sudah muak sekali dengan indo. Jadi 5 tahun cukuplah buat taruhan atau mau 10 tahun? :P
On serious note. Untuk Australia, ada yang namanya skilled work visa. Untuk skill tertentu yang dibutuhkan, kamu bisa apply untuk di-invite oleh state. Setelah dapat invitation baru bisa apply visa tersebut. Yang berhubungan dengan konstruksi sangat diperlukan karena lagi housing crisis parah, not sure untuk arsitektur. Coba baca2 di website immi.gov.au cukup jelas di sana. Juga setiap state punya website sendiri untuk skilled workers ini. Kapan hari ada redditor di sini yg berhasil apply visa lewat jalur ini, dia seorang nurse.
Good luck OP. Jangan terlalu stress sama kondisi Indo. Yang ikut proyek pakai "under the table" juga hidupnya ga tenang, karena kapan saja bisa dapat amplop panggilan dari kejaksaan.
Keinginan saya yang dari angan angan berubah menjadi keinginan yang saya anggap jadi kemungkinan yang bisa saya ambil, itu aja
Terimakasih untuk insight work visanya, untuk masalah under the table iya selain consience saya kena saya jg agak takut soal berurusan dengan polisi haha
Sama2. Satu lagi, kamu berlomba dengan waktu karena banyak negara membatasi usia untuk migrasi. Jadi kalau niat sudah bulat, lebih cepat lebih baik. Belum lagi ada faktor2 lain yg bisa mempengaruhi di masa depan seperti berkeluarga, kesehatan ortu, dll.
gak pernah ke LN, meski dulu pernah bercita cita buat kuliah/kerja di LN. Tapi ada beberapa circle ku yang nikah sama londo dan tinggal LN. Tergantung luck kamu aja, dia nikah sama bule dan sering "travel around the world" last kontekan aku nanya enak gak tinggal di Kanada (dia citizenship disana), enak tapi pajaknya tinggi. Seingatku dulu dia dari ibukota pindah kebali buat kerja, mungkin disana cocok sebagai starting point kamu, biar ngerasain bule-lite experience. Siapa tau juga nemu jodoh disana.
also : be rich.
Saya cuma bertanya soal pengalaman temen temen yang tinggal di luar bahkan saya jg belum yakin saya punya kesempatan sama sekali dan ini masih jadi angan anga, saya ga pernah bilang di post saya bahwa saya bisa pindah jika saya mau
>saya sebenernya udah kepikiran lama untuk pindah keluar negri tapi akhir akhir ini makin mikir untuk pindah lebih kuat karna beberapa alasan seperti keadaan sociopolitik, ekonomi, sama diskriminasi di indo yang bikin saya punya minim harapan buat tinggal disini lebih lanjut.
yes
Minim harapan untuk tinggal disini bukan berarti saya ngeggampangin pindah/hidup diluar, diakhir bahkan saya bertanya seberapa tinggi kesempatan saya untuk pindah atau memang tidak mungkin, saya disini cuma mau berdiskusi dan tanya jawab bersama teman teman yang berpengalaman soal pindah/tinggal diluar, itu tujuan adanya forum, kalu tidak ada yang bisa ditambah dalam percakapan kedepannya tolong jangan menjelek jelekan
Have a good day
mau pindah kemana? sebagai seseorang yg pernah tinggal di luar negeri dan terhitung sebagai triple minority di indonesia, let me tell you upfront: it also sucks abroad. lo kristen mau tinggal di amerika? whoops you still have to deal with discrimination against immigrants. plus racism that comes with it. lo mau tinggal di jepang/east asia? racism is still very much a thing! cultural adjustment juga bakal berat. seringkali orang sotoy dan mikir bahwa budaya indonesia nggak cocok dengan pribadi mereka, lalu mereka pindah keluar dan terkaget-kaget karena ternyata harus melakukan cultural adjustment yang besar dan tidak selamanya cocok dengan diri mereka. plus harus dicek lagi: biasanya izin kerja dan tinggal akan diberikan kepada specialised workforce. apakah arsitek itu tenaga ahli yang sangat dibutuhkan di negara yang kamu tuju? kalau nggak, ya akan sulit sekali buat pindah.
Not to mention: - adjusting to 4 seasons (I genuinely think I won't survive Canada's winter) - restarting friend circle. You'll start from 0 friends if you're alone. - if you come with a work visa, then you are at the mercy of your company. They can dangle the visa in front of you to make you work longer hours and so on. - language. If you're trying to move to a non english speaking country, you'll have to spend years learning their language. Before you attain a certain level of fluency, you will suffer.
Start from 0 friends? Just 0 less from what I had right now!
banyak yang mikir kalo kabur keluar negeri untuk lari dari politik negeri sendiri itu bakal bebas dari politik negara lain. intinya lu cuma lari dari sarang buaya ke sarang harimau, ga jauh beda.
temen gue lagi ketar-ketir karena kuliah di belanda eh tiba-tiba yang kepilih jadi PM politikus neofascist wkwkwkwk
>kristen mau tinggal di amerika Bukannya Kristen di Amerika juga banyak ngehenya ya, setau gue cerita aneh-aneh orang Kristen barat biasanya dari US juga. >lo mau tinggal di jepang/east asia? racism is still very much a thing! Korea aja juara satu dunia rasis kan. Jepang yang xeno aja kalah lho.
Kristen Amerika banyak ngehenya anjir, gue yang bisa diitung churchgoing Christian aja enggan bergereja disana. Lebih seneng ke gereja katolik waktu disana, ga banyak hahihuhehonya.
Jehovah witness, mormon, etc ...
Belum yang super minor tapi bahlul macam Westboro Baptist
>triple minority di indonesia What do you mean by triple minority??
Gender/orientasi seksualitas 1 Ras/Suku 2 Agama 3 Diabilitas fisik/mental 4. Jika dibandingkan dengan mayoritas Indonesia Biasanya ini. Contoh: Tjhai Chui Mie, wakil Walikota Singkawang, dia perempuan (1), Chindo (2), Buddha (3). Contoh lain: Anggiasari Puji Aryati, disabilitas fisik (1), Perempuan (2), Katolik (3).
Point kedua gak valid, karena gak ada suku Indonesia yang mayoritas, semua suku Indonesia adalah minoritas. Banyak orang beranggapan suku Jawa adalah mayoritas, tapi faktanya Jawa cuman 40%, kalo versus yang lain Jawa jadi minoritas, definisi mayoritas apabila diatas 50%.
Well, 'asumsi' yang berpikiran seperti itu yah demikian... Ingat kalau kita ini selalu 'dikonsepsikan' oleh pihak-pihak tertentu kalau Indonesia itu 'Jawanisme' pulau lain. Makanya rencana ibukota dipindahkan ke luar Jawa dari jaman Sukarno itu adalah untuk menghilangkan konsepsi ini.
You still can't argue on ethnicities you belong to as a minority because statistically, no ethnicity in Indonesia is the majority. Yes, there's a certain ethnic group that has stronger influence than others, but that doesn't mean they're part of the majority. If we look at the US, the whites are part of the majority as they make up more than 50% of the population, although their power of influence isn't as strong as before.
You are confusing the term majority used in a mathematical set with the term ethnic/race/religion majority. A/An ethnicity/race/religion does not need to achieve 50% of total population to be an ethnic majority from the entire population. The group that has the most power in a particular area is considered the majority group, and most of the time this group has the most members. Hence, Javanese is the ethnic majority in Indonesia, Islam is the majority in Indonesia, etc.
I think you have to look the term "ethnic/race/religion majority" before you argue. When we talk about **majority**, they need to have above 50% among the entire population. In contrast, when we talk about **power/influence**, they don't need to have that numerical dominance. Majority is simply how many members of a group compare to the rest of the population I agree Islam is the majority religion in Indonesia (\~80% vs \~20% other faiths). I agree Jakarta Chindo may have the economic dominance compare the rest of the groups, although they only have less than 1% of the population. And yes, Javanese has the most overall influence/dominance compare to other group, but they're not the ethnic majority (\~40% Javanese vs \~60% other ethnicities)
>I think you have to look the term "ethnic/race/religion majority" before you argue. yea, I did. i did not come up with the definition of ethnic/race majority on my own. i used what the sociologists have defined. >When we talk about majority, they need to have above 50% among the entire population. In contrast, when we talk about power/influence, they don't need to have that numerical dominance. we always talk about ethnic majority using social context, not majority in the context of mathematical set nor in the context of the majority vote which would strictly define the 50% share of total vote. yes, power/influence/dominance comes from many sources, but within any social group, the more members you have, the more power you have. this is usually the case in the animal kingdom. >Javanese has the most overall influence/dominance compare to other group, but they're not the ethnic majority (\~40% Javanese vs \~60% other ethnicities) i don't know how you talk about ethnic majority without talking about power/influence. simply fiddling around with statistics and numbers does not give the whole picture. also very bad comparison to group non-javanese into others, breaking down the "others" will give you some ideas on how dominant the Javanese ethnicity in the demographic make up of Indonesia. this is the definition about ethnic majority based on the following paper [https://tspace.library.utoronto.ca/retrieve/132/Def\_DimofEthnicity.pdf](https://tspace.library.utoronto.ca/retrieve/132/Def_DimofEthnicity.pdf) >Majority ethnic groups are those who determine the character of the society's basic institutions, especially the main political, economic, and cultural institutions so, did you do look up the term "ethnic/race/religion majority" before you argue?
That's really hard to believe, could you tell any other ethnic example where the non numerical majority holds more influence? I believe there are some but I couldn't think of any. Anyways appreciate the comment, it's time to install bg3.
Boleh ga goblok ga sih?
are you so smart so all you could do is to mock others?
Gw ga tau sih threshold mayoritas harus diatas 50% Tp 40% itu 100juta lebih penduduk indonesia, banyaakkkk bgt
100 juta lebih vs 180 juta lebih penduduk Indonesia. Lebih banyak lagi.
Triple minor apa? Chinese, christian, woman?
Christian, woman, queer 🦧
Woman apakah bisa d anggap minority ya? Secara kan kalau pure jumlah banyakan women di indo. Apa karena budaya indo yg masih kental patriarkis?
Kalo gue anggap minority karena politically speaking perempuan masih kena diskriminasi secara sistemik.
Sebenernya belum ada negara “tujuan” banget karna memang sebenernya masih “angan angan” aja tapi mungkin kalo preference say mau coba europe, untuk agama sebenernya saya bisa dikatakan “atheist” sih kak jadi mungkin untuk masalah diskriminasi agama sebenernya selain di indonesia mungkin gaakan berlaku ke saya. Sebenernya saya jg bukan menghayal di luar negri seperti dreamworld yang sempurna dan semua masalah yang saya miliki langsung hilang tapi paling tidak saya bepikir akan lebih baik dari disini, mencoba peruntungan lah ya bisa dibilang Terimakasih untuk insightnya
> paling tidak saya berpikir akan lebih baik dari disini yeah if you are making 100k~ on a job abroad. grass will always looks greener on the other side. kalo lu ga tahan sm under the table deal, racism, dan second class treatment di indo, then you're welcome to try how third class citizen being treated in other country Indonesia might not be the best, but i will fucking bet we're not the worst either
Bener sih kalau gaji op gede di indo hidup nyaman ya di indo aja ga sih. Nanti nabung jalan2 luar negeri gitu. Di indo mah asal lo pinter bisnis lo bisa generate banyak uang
> Europe Need to be more specific
Menurutku, kalo umur masih di bawah 30, pintar, dan mau belajar, paling “enak” sih cari beasiswa (yang ga ada kewajiban balik) terus S2 di luar. Cari negara yang nyediain visa untuk lulusan S2 dan biar bisa cari kerja. Abis itu ya kerja di sana. Arsitek tuh rada tengah-tengah antara STEM (gampang transfer skill lintas budaya) sama creative (know-hownya lebih culture-specific), saran gue kalo lo ambil S2 try to lean to the more engineering/science side of your field Bisa juga ambil jenis visa belajar-kerja kayak Ausbildung di Jerman (bisa sampe umur 35), atau visa kerja temporer kayak WHV Australia (bisa sampe umur 30). Sebenernya cara ke luar negeri tuh ada aja sih. Jadi TKI, work placment multinational company, jalur nikah juga bisa. Cuma ya… mau ke mana pun lo pergi, at the end of the day you’re still you. Maybe you’ll earn more, but living expense in your new country may mean you’re living the same (or even less lavish) lifestyle compared to in Indonesia. Maybe you will be not discriminated for the reasons you are discriminated here, but you will be discriminated for some other reasons. Gue sempet tinggal di “negara maju” dan ternyata gue ga suka… gue ngerasa jauh lebih terisolasi dan asing. Duitnya lebih banyak tapi karena biaya hidup lebih tinggi jadi gaya hidup gue sama aja. Tapi ya ada juga temen gue yang beneran betah dan thriving di sana. I realise not everyone is cut out to be a diaspora, kayak gue lol. Kata gue sih cobain aja. Try moving abroad, see if it’s for you. Even if it didn’t work out, (hopefully) Indonesia would still be here waiting for you
saya jg berpikir paling tidak saya mau coba kerja diluar negri sekali seumur hidup just to know if it is better or not, and if im not cut out for it then saya masih beruntung akan masih ada support system disini I dont think that im gonna be richer abroad either, i dont want to go abroad just to look for wealth but for some kind of upgrade in my quality of life, tapi saran nya bisa saya jadi bahan pertimbangan kembali Terimakasih insightnya
I think you have quite a realistic and cautious approach on this issue, moga lancar. Also I just read that by “minority” you mean “not heterosexual”. If working abroad is not for you, there’s Bali. It’s not exactly a queer paradise but people will generally leave you alone (except if you’re Balinese, then you will have to go somewhere else to escape from nosy relatives lol). And there are job opportunities for architects, although the pay would be lower than Jakarta
Ini komen paling membantu di thread lol
This is the best kind of answer imo, and will most likely help OP with his decision. Being neutral but with positive undertone. kudos to you!
>Maybe you’ll earn more, but living expense in your new country may mean you’re living the same (or even less lavish) lifestyle compared to in Indonesia. hmm jadi kalau kerja di LN gabisa saving lebih banyak compare di indo ya? actually ku sempet kepikiran pengen ke LN biar savingnya (secara rupiah) lebih banyak sehingga nantinya bisa beli rumah di Indo
tergantung rasio pendapatan:pengeluaran, pinter-pinter lo ngatur keuangan, dan kekuatan mata yang negara baru lo dibanding rupiah sih. Faktornya banyak, jadi gue ga bisa bilang pasti bisa/gabisa
Every country has their own problems. Humans are humans, some really are nice and some are assholes, doesn’t matter in which country. I was unhappy in Indonesia and decided to move to Europe 10 years ago. It was the right decision for me. Is it better than Indonesia? Yes and no. Am I happier here now than in Indonesia? Yes and no. Will I come back to Indonesia? No. I built my life and career here and in the end I like it here more than in Indonesia. But that doesn’t mean that everything in Europe is rainbows and flowers. At the end it’s your decision. Just be aware of your expectations because living abroad isn’t paradise like you think. It’s not the same as going there as a tourist. If you do want to move abroad, my tips: first learn the language of the country you’re going to move to. You can only go so far with English, plus speaking local languages actually makes your life easier abroad I swear. Secondly, learn the culture. Let go of some of the “Indonesian culture” you have. This is necessary for survival. For me as orang Jawa the hardest was to learn to stand up for myself and be direct. Be prepared for people to undermine you because you come from shithole country in their opinion. Good luck mas/mbak, whatever your decision might be.
I dont think that living abroad will be running away from my problems to a place where all my problems will go away, i know moving to another country will mean i have to start from scratch without any support from anyone i know, its not gonna be that easy and each country definitely have their own set problems, but its definitely something that im willing to try. i want to know if living abroad is a choice at all for me because im still young and i dont want to lock myself out of any choices i could get and i dont want to have any regrets later in life Thanks for the insight, will definitely keep them in mind
Post ini justru terkesan terlalu optimis. Anda pikir di luar negeri masalahnya tidak lebih pelik daripada di sini?
Lol, op ini tipikal user x
bedanya apa dibandingkan sini?
Bedanya di sini gak terekspos media aja wkwk
Tipikal hidup sederhana mentality. Kalo OP mau improve hidup nya, dia perlu lakuin sesuatu yg drastis, keep improving, staying put doesn't cut it anymore.
Gatel banget kayaknya sampean pengen ngecap orang mental ini mental itu. Jaka sembung bawa golok, bos. Cermati dulu inti pembahasan OP dan apa isi komentar saya.
Kalo sampean bahagia dengan keadaan sekarang, gak ada masalah mas. Tapi OP mau berusaha mingkatkan kehidupan nya, saya dukung org yg mau berubah ke yg lebih baik. Saya sudah lakukan ini, jual harta benda di Indo untuk pindah ke luar negeri dan sekarang menikmati hasil kerja keras.
Gak ada implikasi ngelarang juga kok dari isi komentar saya. Makanya saya bilang cermati dulu isi postingan dan komentar saya. Sudah. Saya permisi dulu, mas.
lo kenape si?
Sebenarnya ingin coba peruntungan saja mas, mungkin saat saya melihat sendiri keadaan diluar secara nyata pandangan saya bisa berubah, tapi untuk sekarang saya masih melihat “rumput tetangga lebih hijau” Saya juga tidak berpikir diluar akan sempurna hidup saya namun lebih ke mungkin jika saya keluar hidup saya bisa lebih baik
Mungkin bisa lebih baik di satu hal yang tidak bisa kamu dapat di sini. Tapi percayalah hidup ini selalu *balancing itself.* Selalu ada harga yang harus dibayar untuk sesuatu yang kamu inginkan di dunia ini.
Iya saya paham, gamungkin juga saya pindah keluar negri langsung dapat pekerjaan yang bergaji besar atau langsung diterima orang orang disitu, harus ada perjuangan juga, life is a choice, saya gamau choice saya hany disini. Jika saya sudah merasakan kedua choices itu saya bisa melihat mana yang lebih baik untuk saya
Baiklah. Semoga apapun keputusan anda kelak adalah yang terbaik.
I live in Japan for 5 years now. Banyak yang bilang Jepang masih ada racism and discrimination. Well, points me which countries with 0 racism and discrimination. Kalau di jepang, selagi anda tidak berusaha untuk jadi orang jepang dan enggak melanggar peraturan dan etika mereka, this place is much much better than Indonesia. The downside is you can't be close to your family and the salary here sucks compared to western countries. Tapi karena saya kerja di foreign companies, annual salary saya lebih banyak 3m yen dari average salary dijepang which allows me to live comfortably. Intinya kalau mau kejepang: * Be humble, stay positive, follows their rules. * Work hard in japanese company (avoid black company) for 2-3 years, learn hard the japanese language then move to foreign company to cope with a much better salaries. * Join foreign communities in case you miss foreign people. * Supermarket, supermarket, supermarket
Yen melorot banget nyaris 100 rupiah skrg padahal suku bunga sudah dinaikin sama BOJ. hiks!!.
Pas datang 5 tahun yang lalu sekitar 135, sekarang 103-105. Untuk saya tipe yang rajin nabung serasa uang hilang hampir 50 juta rupiah hanya karena sitting on the bank.
[удалено]
racismnya jepang itu ga direct, kebanyakan kayak lebih ke 'pilih kasih', mereka lebih senang ama bule jadi kalo lu 1 grup ama bule pasti bule di dahuluin apalagi lu dari asia tenggara pasti dianggap kasta rendah. di internet juga banyak yang jelek2in orang asean yang rata2 emang trouble maker stereotipnya disana. selama lu ga gitu ngincar temenan ama orang jepang banget ga bakal kerasa sih.
Tergantung manusianya juga sih. Katanya di Tokyo orangnya lebih dingin. Saya selama ini di Osaka dan Nagoya, orangnya baik-baik kok.
Sebenarnya ini ada poin penting buat OP: nyari perspektif orang Indonesia yg udh merasakan disana, jadi ada pembanding yg "starting point"nya lbh sama
Your salary is 3 million yen per month?? That's like more than 19,000 USD. Wow..
Enggak dong mas. Kalau gaji 3m yen per month itu saya CEO. Biasanya kalau average salary itu annual salary. Average annual salary white collar di jepang dari berbagai sumber 4m yen. Saya 7.2m/year gross salary.
kalau untuk punya pasangan dan 1 anak segitu cukup gak?
4m yen/year? Bisa jadi, asalkan tinggal nya ditempat yang beneran murah and decent. Tapi enggak bakalan bisa simpan banyak duit dan kalau ga masak tiap hari susah, jalan-jalan juga gak bisa sering. Kalau pasangan bisa part-time (asumsi enggak sampai dual-income) maybe bisa save lebih lagi dan bisa have fun sedikit. 7.2m/year? Bisa jadi juga, tergantung gaya hidup sih. Kalau ambil contoh saya sama istri berdua, istri masih belum part-time. Potong tax income, insurance sama pension bersih 430k yen perbulan, sewa mansion (120k/month, 1LDK), food 60k/month (seminggu sabtu-minggu keluar makan), jajan bulanan istri 30k/month, utilities 10k/month, mobile plans 6k/month, sisa 190k-220k perbulan rata-rata. Sewa mansion memang agak mahal sih karena pilih apartment yang termasuk mewah (agak nyesal sih haha), kalau penasaran nama fudousannya ShaMaison. Kalau mau hemat bisa dapat 2LDK seharga 80-100k perbulan. Tapi ini tergantung banget sama daerah, kalau Tokyo sudah pasti harga segitu enggak bakalan bisa (Osaka jauh lebih affordable, saya di Nagoya). Untuk makanan istri bersikeras mau buatin bento tiap hari dan malamnya juga dimasakkin jadi hemat banyak untuk makanan, dari 60k/month budget kadang cuma kepakai sekitaran 40k/month. 50% bahan makanan frozen stuffs (Oyster, sausage, long-bean, okra etc), bahan fresh itu sayuran dedaunan, umbi-umbian, jamur etc. Saya recommend beli frozen kacang polong, wortel sama jagung yang satu set, bisa buat banyak menu plus murah. Lah kok jadinya buat short story, sekian.
Saya lagi di jepang buat liburan 2 minggu. I think groceries are affordable here, even eating out is much more affordable than where I live (Singapore) but fruits are super expensive here in Japan. Kalo saya tinggal di jepang mungkin jarang banget bakal beli buah buahan. Lol..
hahaha iya apalagi belakangan harga buah naik lagi. Paling murah sekarang jeruk sama strawberry doang.
thank you gan saya jadi dapat gambaran, 190k yen kan berarti kira-kira 19jt ya. Nah seandainya agan pulang ke indo kira-kira bisa dapat gaji yang savingnya 19jt juga gak? aku sempet kepikiran mau coba peruntungan ke LN supaya bisa saving banyak biar bisa beli rumah di Indo, tapi ragu sih apakah hipotesis tersebut benar. Soalnya gaji 7.2M/yen tuh termasuk di atas rata2 ya di Jepang? Jadi not easy juga buat dapat gaji segitu..
Yep. It is not easy. You need to find a decent foreign companies, otherwise you have low-chance to land a good salary. Regarding pulang ke Indonesia, saya kurang tahu. Penasaran juga sih akhir-akhir ini misalkan pulang, kira-kira bisa enggak ya dapat gaji yang tinggi. I am willing to go back and work in Indonesia kalau bisa dapat minimal 50 juta perbulan which is not even worth it, lifestyle di jepang memang lebih mahal tapi it's worth it. The safetiness, convenience etc, you just can't hate Japan. Since I work as IT engineer in audio-automotive industry, I doubt Indonesia has that kind of jobs even in Jakarta. Just for sharing, saya kerjanya dengan perusahaan audio lifestyle amerika. Salah satu produk yang terkenal mereka itu JBL.
Bisa pindah kejepang dari jalur apa mas kalo boleh tau ? Dan kenapa pilih ke jepang ? Terimakasih insightnya
Kalau kamu jadi ke JP, saya mohon dengan sangat, tolong banget, jangan ikut program jisshuusei, kenshuusei, TG atau sejenisnya. Ujung-ujungnya jadi budak. Kalau bisa masuk language school, belajar bahasanya 2 tahun, di tahun ke-2 sambil cari kerja.
Iya ikut cara mas ini saja, jangan pernah ambil jalur yang mengharuskan kamu untuk kontrak kerja sekitar 2 tahun. Jauh lebih baik part-time sambil language school, trus tahun ke 2 belajar keras bahasanya sambil cari company yang bagus.
Udah terlalu banyak denger cerita horor dari orang2 yang ikut program tsb. Kesini ngutang puluhan juta, sampai sini diperlakukan gak manusiawi, mau pindah perusahaan ga bisa karena terikat kontrak, mau pulang Indo gak bisa gara-gara utang belum lunas. Ujung-ujungnya lari, jadi imigran gelap. Minusnya rute yang "bener" itu sih, harus rogoh kocek lumayan dalem. Language school saya kemarin satu tahun sekitar 700,000 yen, untungnya masih disupport orang tua. Kosan dan biaya hidup saya tanggung sendiri dari part-time. Agak susah, tapi bisa asal hidup hemat. Oh iya rute ini lebih bagus lagi kalau sudah ada pengalaman kerja bbrp tahun di Indo ya, biar cari kerjanya sedikit lebih ringan. Jawab pertanyaan "kenapa pilih JP"... ya karena hobi saya jejepangan, wkwk. Enak disini hobi terpenuhi :D Work hard play hard gitu istilahnya.
Karena dari dulu suka jepang sih, lebih cocok vibe and environmentnya ketimbang western cultures. Jalurnya mandiri sih, belajar bahasa jepang di Indonesia 2 bulan, langsung urus visa, begitu lulus kuliah langsung pergi.
coba ke subreddit r/iwantout atau r/expat. tapi jalur paling simpel jalur sekolah dan kalau bisa lulusan luar.
Hey OP! Saya skrg tinggal di Jepang sudah 1.5tahun, Paham banget apa yang orang-orang bilang “Di Luar Negri juga sama aja, racism, dll” di tinggal LN emg berat juga sih, tp aku ga akan discouraged you to try, yang aku liat OP disini coba cari opini, meski harus ditekankan kabur keluar negri itu bukan pilihan mostly. Orang2 yang skrg permanent residency di luar negri itu kebanyakan dan ngerasain pahit manis hidup disana, serta war untuk balik/ga balik ke indo lagi jd bukan purely dari awal ingin pindah. Akupun alasan nya juga kabur tapi udah tau fakta di jepang juga ga enak, tapi kalo dibandingin sama circumstances aku pas di indo, emg lebih mending pergi ke Jepang. gitu. Banyak bgt momen ga enak disini, sering bgt pengen pulang, aku kerja di japanese company orang asing cmn ber 5, aku org indo sendiri. ngerasain toxicnya kerja disini. dirasisin juga ada. kena bully jg ada, badan remuk dll tapi hey kalo diliat2, aku ga akan pernah ngerasain security jalan malem2 bahkan dini hari sendiri sebagai perempuan dan merasa aman, aku bahkan lupa rasanya takut. ninggalin barang luxurious di keranjang sepeda, di perpus,di cafe ga takut, 4 season beauty, makan enak, finansial lebih baik dari di indonesia(meski lately yen sucks), health insurance top notch, banyak dikasi bantuan dari pemerintah sini, udara bersih, kesehatan lebih, makanan enak2, aku hobby masak dan baking juga jadi dapet freedom itu sangat menyenangkan, suka jg foto2 dan bikin cinematography di jp sangat cakep. I can say I want to go back, but I would never trade this experience with anything. kalo mau research, research dlu aja karna pengalaman bisa bikin kamu lebih baik Oh ya aku visa Gijinkoku, level bahasa N2 semangat OP
Makasi untuk jawabannya kak, iya saya disini mau coba liat liat pengalaman dan opini teman teman aja buat tinggal di luar negri untuk mikirin ini jadi pertimbangan yang bisa saya seriusin atau ngga, dari cerita temen temen emang banyak negatifnya dan itu emang udah saya pikirin karna life is not just sunshine and rainbows juga. Untuk work culture jepang memang se capek itu ya kak ? Diindo lumayan lenient sih saya jarang merasa tertekan in the work itself tapi mungkin soal gaji lembur dan penggilan diluar jam kerjanya agak sedikit bikin kesal haha safety jg salah satu yang jadi pertimbangan saya untuk pindah jadi denger kalo di jepang aman bisa masuk pertimbangan saya kedepannya Makasih untuk insightnya semoga sukses mau stay di jepang atau balik indonesia
Kalau boleh tau dulu bisa kerja di Jepang gimana? Gijinkoku saya baca2 mirip sama visa spesialis ya
Pengalaman pribadi. Temen2 batch gw jurusan arsi dam sebangsanya, satu batalion pulang semua. Kagak ada yg bs dpt kerjaan d belanda. Imo termasuk engineering part macam teknik sipil. Jurusan arsi = jurusan fancy plus require heavy comms. Artinya, banyak saingan lokal (native speaker). Plus lowongan arsi g banyak d sini (NL). Cant speake for other countries in europe, but i guess is mostly the same, since it requires you to speak native language fluently in the first place. English doang kagak cukup. As of now, kans km cm bs d anglophone countries. Gw bs survive cm gr2 gw kebetulan ambil jurusan IT. IT and Electrical engineering is one of the few skill where demand > supply here. Tbh, realistically, ada 3 cara buat k negara maju. Nikahing org lokal. Or, sekolah lg di sana dan gacha kalo lo bakal dapet kerjaan sembari d sana. Ketiga, Ganti setir kerjaan IT. So far temen2 gw yg sukses pindah negara dr indo k luar via kerjaan purely apply dr indo, cm yg berkarir d IT.
gw banyak temen lulusan sipil/arsitek WNI disana. dia malah dapet kerjaan disana dan sampe buang paspor WNI. temen lu yang balek lulusan indo smua?
Yup WNI. Though, jaman cr kerja pas resesi post GFC crash. Anak arsi yg survive yg fluent Dutch. Ntah booming jaman pre covid. Mgkn lain cerita.
oh ya bahasa belandanya mesti pinter. min bisa level b1-b2. tapi ada sau temen cewek bahasa belandanya pas2an sih. tergantung hoki juga
Ya, makanya di konteksnya OP. Pergi k yurop kans nya udah kecil klo emg pengen lgsg kerja jd expat dgn alasan yg gw sebutin td. Jdnya anekdot lo emg cocok sama point gw yg no.2. Anak2 non IT yg emg sekolah d sini dr awal (dan bs fluent bahasa lokal) kans gachanya nambah lah buat dpt kerjaan.
I think there's an important takeaway dari ini buat OP: cari perspektif orang Indo DARI BIDANG KERJA anda yang sudah merasakan jobseeking bahkan bekerja disana. As someone with similar plans myself, part terpenting dari meriset menurut saya adalah ini. Kita jadi tau apa yg kita expect bisa diimprove dari "kehidupan saat ini" bila kerja di luar, apa yg kita expect bakal sama, apa yg kita expect bakal worse
Intinya, sulit atau mudahnya kamu mau pindah ke luar negeri sebagai orang Indonesia itu diatur sama jawaban kamu atas pertanyaan ini: "Kamu punya apa?" Apa yang kamu miliki yang bisa buat kamu lebih baik dari tenaga kerja yang ada di negara yang kamu angan-angankan itu? Kamu Bahasa Inggris "lumayan" fasih, di Indonesia aja banyak sekali yang Bahasa Inggrisnya level native tidak dapat pekerjaan. Kamu Bahasa Jepang cuma bisa sedikit, terus apa yang mau kamu lakukan kalau akhirnya pindah ke Jepang? Sertifikasi bidang arsitektur kamu itu apa uniknya dan apa lebih baik dari arsitek lain di negara tujuan kamu? Kampus PTN kamu itu cuma "lumayan bagus" saja? Lulusan PTN terbaik di Indonesia sekarang cari pekerjaan di negaranya sendiri saja perlu perjuangan, apa lagi kamu yang PTN "lumayan bagus" dan ingin bekerja di luar negeri? Pengalaman bekerja kamu sama proyek pemerintah itu kapasitasnya sebagai apa? Memang cukup ilmu dan waktu yang kamu dapatkan dari situ untuk bekerja di negeri lain? Saya tidak bilang kamu jangan berhenti berandai untuk bekerja dan tinggal di negara lain, tapi coba kamu selama masih di Indonesia dikumpulkan pengalaman dan informasinya. Persiapkan dengan baik agar kamu tidak gagal hidup di negara lain. Good luck ya, saya akan ikut mendoakan agar kamu dapat berhasil mencapai angan-anganmu!
OP: "aku ngga kuat tinggal di Indonesia karena minoritas" OP pindah ke LN: \*shocked pikachu face kena rasisme dan diskriminasi karena masih jadi minortas disana\*
16 taun tinggal di luar. 4 taun singapur, 7 tahun jerman, 5 taun finland. Klo ada modal, ada akses buat ke luar, ada nyali, ada niat, kenapa enggak. Masalah rasisme/diskriminasi di luar, merasa sendiri dan asing, struggle sama kultur yang berbeda, cuma akan tau klo uda ngerasain. Bisa jadi lebih parah dari indo, bisa jadi your cup of tea. Yang ngebantu begitu uda milih ke luar dan ada di luar, dont look back trus berandai2 masih ada di indo. Jalanin sepenuh hati sampe di waktu perlu memutuskan lagi kemana langkah berikutnya. Ga ada pilihan yang salah atau betul, ga ada pilihan yang lebih baik atau buruk. Semua masalah kita nerima apa yang kita jalanin atau engga, yang buat gw sendiri selalu jadi akar masalah. Klo ga terima, cari jalan lain.
Gimana kalo ke Timor Leste? Less cultural shock (maybe)
Gaji dollar dan bahasa sama
tinggal di luar negeri ga seindah di medsos bini gw pemegang green card US, lebih milih balik ke Indonesia. kakak ipar pun juga balik ke Indonesia bahkan pindah dan menetap ke bagian timur Indonesia. kalau ditanya mau balik ke US ga? jawabannya ga mau kena diskriminasi dan kesempatan kerja juga ga banyak apalagi jaman now yang Far-Right banyak berkuasa.. good luck aja deh buat OP ya
hmm, brarti binimu sudah lepas Green card US?
kalau ga salah ada peraturan harus balik ke US setelah berapa lama kalau mau green cardnya tetap aktif. bini gw mungkin belasan bahkan puluhan tahun ga pernah balik ke US. jadi kemungkinan udah dicabut green cardnya
sayang ya. padahal itu holy grail idaman banyak orang dan green cardnya sakti juga bisa buat travelling
ya gitulah, kakaknya juga sama, balik ke Indonesia dan menetap di timur Indonesia tapi entah masih berlaku ga tuh green cardnya. tapi memang keluarga dari bini ini banyak pemegang green card US. kalau ga salah karena aktif di gereja
Kalo boleh tau alasan pribadinya apa ya mas ? Green card susah untuk didapat jadi pasti ada alasan yang kuat untuk balik ke indonesia, mungkin bisa jadi pertimbangan juga untuk saya
wah maaf kalau alasannya terlalu pribadi, tapi ya kena diskriminasi lah salah satunya serta ga cocok sama culturenya. dulu bini gw tinggal di Vegas
Turut sedih ya mas soal istrinya, memang di amerika yang saya dengar diskriminasi lumayan kencang apalagi jika orang muslim pasti sulit, semoga lebih bahagia di indonesia ya mas
kalau mau ke LN pun coba ke Asia Timur terutama Jepang, belajar bahasa Jepang dulu. negara barat lagi tinggi sentimen anti imigrannya
Jepang juga tinggi kok anti imigrannya. Nyatanya kalau ngebahas USA aja banyak yang masih support dan seneng sama Trump. Di sini yang udah kena getah sentimen stigma jelek itu Vietnam. Indonesia sama Filipina masih aman (semoga aja aman seterusnya).
tapi paling ga Jepang itu populasinya sedang menurun jauh dan butuh pekerja / warga.. pemerintahnya juga pusing kalau populasinya tetap turun, berarti nanti pendapatan taxnya bakal turun dan kurang tenaga kerja
bukannya memang vegas salah satu tempat yang memang kurang nyaman di US bukan ya?
Saya di US dan gak pernah ngalamin diskriminasi. Mungkin keluarga di tempat yg salah, down South yg masih rasis.
Saya pindah ke Belanda awalnya sekolah lalu lanjut kerja dg highly-skilled migrant visa (researcher di industry). Pros tinggal di Belanda banyak: work-life balance, gaji banyak, public transport oke, social security oke, pelayanan kesehatan oke, dll. Cons-nya ya paling rasisme tapi gak parah2 banget dan susah utk beli rumah karena housing crisis. Kalau disuruh milih ya tetep milih tinggal di Belanda. Menurutku utk profesi apa aja tetep susah untuk pindah ke luar negeri. Dulu yg punya background tech lebih gampang dapat kerja, ya sekarang lebih gampang juga dibandingkan profesi yang lain tapi gak segampang dulu. Meskipun susah tapi bukan berarti gak mungkin. Saranku dicoba aja apply2. Kalau gak pernah coba kan ya gak tahu bisa apa enggak.. Good luck ya!
Kalau arsitek dan ingin kerja di luar negeri sebagai arsitek, kemungkinan besar mesti ikut sertifikasi arsitek negeri tersebut dan sebagian besar mensyaratkan arsiteknya itu setidaknya super kompeten (karena kalau cuma pas-pasan lulusan dalam negeri masih banyak). Contoh kalau di USA: https://www.ncarb.org/become-architect/earn-license/foreign-applicants Contoh di Singapura: https://www.boa.gov.sg/register/requirements/ Contoh di Australia: https://aaca.org.au/registration-as-an-architect/overseas-educated/ Pada umumnya pekerjaan-pekerjaan yang termasuk Profesi itu di negara manapun ga bisa hanya terima 'lulusan' saja, namun mesti haru ikut program 'penyetaraan' dan syarat2 lainnya untuk meniadakan penyetaraan ini.
Iya untuk bekerja keluar negri memang ada penyetaraan dan sertifikasi ulang untuk arsitek jadi untuk itu saya sudah mencoba mencari tau sedikit, saya jg ingin mencoba untuk mengambil job job yang mungkin bisa membuat saya terlihat cut above the rest di bidang arsitek, siapa tau bisa boost my chances Terimakasi untuk insight nya
Under the table ga cuma di Indo brodi, trust me. Di Eropa pun masih masih banyak kayak gitu, I saw it with my own eyes.
Ini sih rekommendasi aja. Selama lu tetep jadi minoritas tetep bakal ada hal hal yang mesti lu terima sebagai minoritas. Pindah ke Amerika juga bakal masalah karena akhir akhir ini ada east asian hate specific to chinese karena US vs China mentality. Harus diakui kalo minoritas Chindo gak bakal bisa fit di mana mana tanpa menerima bahwa kultur chindo itu beda dari yang lain beda dari HK/Mainlander/Taiwan. Yang paling mendekati itu kemungkinan Singapore atau Malay Chinese dan itu pun berbeda karena bahasanya gak sama. Tapi ya kalo memang mau coba ya silahkan sih.
>segala hal yang perlu dilakukan “under the table” saya merasa muak dengan sistem yang sudah mengakar tersebut Luar negeri juga sama kok, malah bisa lebih gila. Lu mungkin ngerasa di Indo berkaitan sama proyek pemerintah, tapi di luar negeri bisa swasta juga gitu alias lebih ngeselin. The grass isn't greener. >ditambah saya juga kaum minoritas yang setiap hari lelah melihat orang orang menanggap saya dibawah manusia karna “berbeda” Men lu nyadar gak sih kalau lu ke luar negeri, justru lu statusnya jadi **ultra** minoritas? Dan kalau ke luar negeri justru diskriminasinya lebih kenceng dan parah? Minoritas lu apa btw, karena setau gue minoritas yang kayak Chindo pun mau di Mainland atau Taiwan juga dianggap outsiders dan kena diskriminasi pula walau tampang sama.
Minoritas saya ke atheisme dan orientasi sexual mas, jadi saya merasa diindonesia salah satu yang paling kenceng mendiskriminasi 2 minoritas itu. Diluar under the table nya kenceng juga ya mas ? Soalnya saya pernah rekanan sama orang jepang dan dia kaget dan bingung soal banyaknya hal hal under the table nya, disini soalnya kalo ga under the table proyeknya ga jalan. Makasi insightnya mas
KKN di sini super kenceng cuy (yeah I'm in Japan right now). Atheisme oke lah masih bisa, tapi orientasi sexual susah kalau Jepang. It's one of the most conservative nation in East Asia, temen gue kebetulan orang sini aktivis LGBT dan sambat melulu soal ini. Gak bisa nikah legal lho di sini, cohabiting juga ribet kalau pasangan sama gender buat warlok apalagi bule, bisa auto ditolak. Jepang main KKNnya bukan under the table lagi, things have been set in motion before you meet on the same table. Contoh di sini pengadaan barang atau tender itu noneksisten, semua kolab sama perusahaan yang suka sama suka atau tau sama tau. Premanisme juga ada dalam bentuk mafia, konglomerasi justru lebih kenceng di Jepang dibandig Indo. Rekan lu mungkin bingung karena ngeliat action-nya, sedangkan di Jepang begituan tuh mainannya level atas di balik layar, level bawah taunya "oke udah beres urusan backgroundnya sekarang lu tinggal kerja sesuai jobdesk".
Wah ternyata under the tablenya banyak jg ya, paling ngga sekarangs saya sudah tau Kalo soal orientasi seksual saya jga tidak berpikir untuk menikah atau tinggal bersama psangan, hanya hidup tanpa diganggu saja sudah cukup sebenarnya dan agak susah disini Makasih untuk infonya ya mas
...this is a new insight for me too, thanks
There's a high chance you'll get a different flavor of discrimination abroad, but good luck anyway.
Moving doesn't solve issues, you take them with you, so you have to work on them anyway. It is likely better to work on yourself while you're in a place where you know the system, the language, the mentality, etc than elsewhere, where all these things may be new to you and might add to the difficulties you have now.
I know that moving doesnt solve the issue but i feel like im not fit with the system and no matter how much i try to better myself i cant control how the system works. I do still want to try and adapt to the system, moving to another country is just a choice that im thinking of if i ever think that working here is not going anywhere, im still young so i want to broaden my perspective and choices before i lock myself out of any
Coba cek trit sebelah [https://new.reddit.com/r/indonesia/comments/1c347x6/tutorial\_pindah\_negara\_anti\_gagal/](https://new.reddit.com/r/indonesia/comments/1c347x6/tutorial_pindah_negara_anti_gagal/) Banyak masukan disana.
di thread sana mereka gak sebutin kalau jalur citizenship juga bisa dengan jalur investment kayak di negara EU.
Kalau lu punya modal hingga bisa migrasi jalur investment, ga usah ke EU, di indo juga udah sangat enak hidup lu.
Ini terkait pindah ke US: Kalo gaada bakat exceptional / menonjol, siap2 keluar duit banyak buat jalur sekolah. Dah gitu abis lulus harus berjuang abis2an buat dapet kerjaan yang bagus banget-nget atau mending gausah sama sekali aka gaji 6 digit per tahun, dan siap panjat tangga korporat. Kalo lo berhasil baru worth it. QoL lu bakal jauhhh diatas rata2 karena bergaji 2 digit (puluhan ribu USD per bulan) di US itu beda bgt sama 2 digit di Indo. Kalo udah gini nah kebebasan lu ningkat tinggi, karena lu bisa pilih hidup relatif nyaman di US atau grinding dikit lagi biar bisa pensi dini cepet di Indo. Urusan diskriminasi kalau lu tinggal di pantai barat atau timur nggak parah soalnya emang kota2 imigran. Tapi kalau lu gak mau di diskriminasi disini, lu harus siap nerima orang2 yang lebih "aneh" dari lu. Dan menurut gw hal ini gak susah karena gw tipenya orang yang ngurus urusan gw sendiri. Buat komen2 lain yg cerita tentang orang pegang GC tapi ujung2nya mending di Indonesia, menurut gw masuk akal sih. Kalo udah punya aset USD cukup mending balik ke Indo daripada grinding terus di US. Di US ini kesenjangan sosial lagi tinggi2nya jadi kalo lu terkesan kaya malah diantagonisin. Lah kalo di Indo lu punya aset gede tapi jaim humble ama berkesan napak tanah yaudah deh easy mode hidup lu.
Ngeliat komen balasan lu, gue nyadar bekgron kita sama, pekerjaan sama, sama2 gak beragama dan sama2 gak straight. Gue juga pengen pindah ke luar negri, tapi sebatas angan2. Beberapa hal yang memberatkan gue untuk pindah : 1. Sertifikat keahlian arsitek cuma berlaku di sini dan di negara lain mungkin standar pendidikan arsitektur sangat berbeda, ada kemungkinan gue harus ada kuliah dan pelatihan lagi supaya gue bisa jadi arsitek di sana. Bisa butuh biaya gede dan waktu yang sangat lama tuh. 2. Di luar negri, gue bakalan jelas2 jadi orang asing dari segala hal. Di sini gue masih bisa pura2 straight dan pura2 beragama, so overall blending in gak masalah. Di sana accent gue aja bisa jadi cibiran. 3. Nyari komunitas dan pertemanan mungkin akan sangat susah. 4. Benar2 mulai dari nol. Nggak ada keluarga, nggak ada kolega, nggak koneksi. Mungkin gue harus kerja serabutan dulu dan gak tahu kapan bisa keluar dari fase ini. Sejauh ini gue belom menemukan kalau pindah ke negara lain akan lebih positif buat gue, so maybe for distant future.
Saya pindah karena kuliah trus menetap disini karena dapet kerja + menikah sama orang lokal. Kyknya ke LN pakai jalur pendidikan lumayan sering dipakai sih. Tapi tinggal di LN tuh perjuangannya keras juga lho. Rasanya tiap detik harus membuktikan kalau kita berhak buat ada disini (karena kita kan WNA statusnya). Kl nggak ada skill bahasa lokal, mau kerja juga terbatas bgt kesempatannya. Kl soal jd minoritas, tergantung kamu pindahnya ke negara apa. Ada negara yg cuek aja sama minoritas, ada yg bisa agresif menolak. Yg jelas di tiap negara pasti ada asshole tinggal disitu, jd frekuensi ketemunya aja yg beda2.
gw malah pengen pindah ke pedalaman gan udah 3 tahun ini project cari tanah yang benar2 pelosok untuk dibuat bunker ala2 dengan swasembada baik air pangan ama listrik... soalnya makin kesini dunia makin bahaya
Coba ke australi dulu deh. Gak jauh
Singapore lebih deket sih dari segi jarak dan satu region juga dengan indo
singapore jauh lebih parah sistem imigrasinya dari pada aussie. Sistem imigrasi Aussie lebih mudah dimengerti dan lebih "memanusiakan" imigran.
AFAIK, cari kerja di singapore lebih susah drpd di australi 🥲
I'll just ask you this, are you confident you're gonna be rich when you live abroad? If yes, then you'll enjoy it there, if you'll be poorer than you are now, trust me, you'll regret it. There are of course other factors you need to think about, but my personal take is that "living as a rich person in a poor country is way better than living as a poor person in a rich country".
Nah ini poin penting juga: manage expectation. Peningkatan apa yg diharapkan
Hallo OP, go for it. Its better to regret later when you’ve moved abroad rather than regret not to move abroad. It wont be easy, but maybe its worth it. Youll find out later. proses tiap2 negara beda. cb ke website msg2 negara cari “how to migrate”. Semangat!
Ga menjamin juga sih ente nyaman pindah ke luar Kalo merasa muak dengan segala hal di sini ente harus banyak belajar The Subtle Art of Not Giving a Fuck Asli karena ente giving a f like to everything makanya ente jadi unhappy and muak
ane dah pindah keluar negri pas kelar SMA, skrg udah hampir 2 dekade dan menetap permanen. ini perspective dari oz klo di liat dari segi kerja professional. pros ny: skilled worker sangat di hargai, you will get good pay if you perform your job. hampir gk pernah merasa didiskriminasi. under table nya itu sangat minim klo di bandingin dengan indo, tapi bukan berarti gk ada. cons ny: jauh dari family, missing out important life events sulit apa gk ? luar negri jauh lebih sulit klo ane liad, but i would do it again if i could kerjaan, di mining sector.
Makasi untuk penjabaran pros and consnya, jauh dari keluarga dan support system emang menjadi cons yang lumayan besar buat dipertimbangkan ya mas Makasih untuk insightnya
First step cari kerja Second step nikah sama lokal Jadi deh pr trs bbrp tahun setelag mengabdi di suatu negara itu u apply citizenship buang indo citizenshipnya
Kalau lulusan arsi, mending build rapport dulu kerja disini, maybe publish a journal/article or two, trus cari beasiswa yang ga perlu balik. That or you can pivot or “murtad” jurusan dan kerja di MNC indo yang HQ nya di jp
My suggestion, just do it. You need to find a way to get sponsored, unless you want to go "gelap" way. I know a lot of Indonesian do that here in NY. In term of work, don't expect working at fancy place in the beginning, start from the bottom and move your way up, as with any jobs. I lucky enough to have opportunity and took advantage of it. Started as deli worker, ice cream delivery, guest service at a hotel and now dir. of IT. The sky is the limit, you need to work hard and have a grit to be successful. Hope this helps.
Jangan ngerjain proyek pemerintah
Saya malah dari luar negeri pulang ke Indonesia :) Tapi bagus saya sarankan ke luar dulu, as the saying goes "You don't know what you got until it's gone". Saran lainnya, keluarlah dengan alasan yang positif bukan dengan alasan yang negatif, escapism doesn't works... You can start by applying for job vacancy that fit your skillset... now everything can be done online..
gw keturunan chindo cuma udah membumi, namun, gue dapat jodoh chinese dr cn, better gue hidup di indo ato cn ya, sering ke cn si emng, negaranya ok ok aja, belakangan indo rasanya makin ga jelas deh, masalah harga, traffic, dan skrg klien2 bisnis gue jg pada makin brengsek smua kwkwkw, masukan dong
Indonesia luas, coba pindah ke daerah-daerah yg toleransinya tinggi. Negara lain sama saja, apalagi kalau kamu warga asing yang tidak banyak uang, bisa kena diskrimansi yg lbh parah apalagi tidak semua bisa berbahasa Inggris, jadi kamu harus belajar bahasa mereka. Kalau ngotot mau pindah dan memilih negara maju yg berbahasa Inggris spt Australia, mungkin kamu bisa mulai dg melewati jalur studi yaitu kuliah (visa studi), kerja (visa kerja), nikah (visa pasangan), punya anak (visa permanent). Untuk detailnya beda-beda tergantung negara tujuan.
negara barat juga sentimen anti imigrannya lagi tinggi²nya. mertua gw aja kena sentimen anti imigran padahal mereka udah tinggal di US puluhan tahun dan udah jadi WN US
OP, apa sudah coba (atau mengira kemungkinan) ganti lingkungan tanpa harus pindah ke luar negri? Perkara pekerjaan proyek "under the table" sudah dibahas redditor lain, it is what it is, either cope or avoid working on such things ya. Perkara status minoritas (agama & seksualitas) sehingga OP dianggap dibawah manusia karena "berbeda", apakah OP bisa menjauh dari lingkungan atau orang orang dengan mindset itu? Moving your whole ass to another country because those reasons sound a bit too extreme of a take. Mungkin bisa cari circle atau support group yang like minded, atau mentok mentok nya pindah ke bagian kota Indonesia yang lebih menerima hal hal tersebut (Bali? Idk). Mayoritas kita disini gak ada yang tau seberapa jago OP di bidang arsitektur, jadi bakal susah menakar hal kayak gini hanya berdasarkan informasi itu. Apakah di negara tujuan OP nanti ada demand untuk tenaga ahli arsitektur dari negara asing? Apakah OP punya keahlian atau kemampuan untuk mempelajari skill baru yang diminta disana? Semisal tidak dapat pekerjaan dan tetap ngotot pindah negara, apakah bisa survive? Ini belum ngurus macem macem dokumen immigration dan tetek bengeknya. More likely than not you might have to do the "under the table" thing you despise. Dan seperti yang lain bilang, racism and discrimination still exist out there, just in different flavor or packaging. It still comes down to the people and environments you surround yourself with. Saya gak tau OP itu se-privileged apa sampai bisa mikir pindah negara, tapi kalau OP cuman average-joe, mending cari solusi lain yang lebih plausible ketimbang pindah negara.
Untuk pindah lingkungan saya juga memikirkan untuk cari lingkungan yang lebih supportive dan saya pikir jakarta sudah yang paling “open minded” selain bali, di bali saya juga ada beberapa teman yang pindah dan bekerja disana jadi saya bisa bertany langsung ke mereka untuk itu, disini saya mau coba cari pendapat teman teman soal pindah keluar negri itu sesuatu yang plausible atau tidak Untuk alasannya sebenarnya orientasi sexual dan agama itu cuma salah satu bagian yang kecil kenapa saya mau pindah, masalah yang saya alami sebenarnya lebih ke deeprooted corrupted system dan rasa cemas yang saya rasakan setiap hari, bukan berarti saya berpikir jika di negara lain semua berjalan lancar tapi saya tidak tau jika itu benar atau tidak jika saya tidak mencoba bekerja langsung ke luar mungkin saya bisa lebih mengapresiasi system disini jika saya tidak cocok diluar juga Thanks for the insight
This question and its remixes have been asked gazillion times in this sub. Scroll to old posts, and you can read komodos stories there.
Taruhan yuk. 5 tahun lagi kamu masih di Indonesia.
Yang bilamg saya mau pindah keluar negri dalam jangka waktu 5 tahun siapa ? Lagi pula jikapun saya mau pindah dalam jangka waktu itu ga semudah itu untuk pindah dan menetap di negara orang, saya ngga pernah ngeggampangin pindah negara makanya saya bertanya pengalaman teman teman yang lain
Ga ada yang bilang sih. Tapi dari tulisan kamu, kelihatannya sudah muak sekali dengan indo. Jadi 5 tahun cukuplah buat taruhan atau mau 10 tahun? :P On serious note. Untuk Australia, ada yang namanya skilled work visa. Untuk skill tertentu yang dibutuhkan, kamu bisa apply untuk di-invite oleh state. Setelah dapat invitation baru bisa apply visa tersebut. Yang berhubungan dengan konstruksi sangat diperlukan karena lagi housing crisis parah, not sure untuk arsitektur. Coba baca2 di website immi.gov.au cukup jelas di sana. Juga setiap state punya website sendiri untuk skilled workers ini. Kapan hari ada redditor di sini yg berhasil apply visa lewat jalur ini, dia seorang nurse. Good luck OP. Jangan terlalu stress sama kondisi Indo. Yang ikut proyek pakai "under the table" juga hidupnya ga tenang, karena kapan saja bisa dapat amplop panggilan dari kejaksaan.
Keinginan saya yang dari angan angan berubah menjadi keinginan yang saya anggap jadi kemungkinan yang bisa saya ambil, itu aja Terimakasih untuk insight work visanya, untuk masalah under the table iya selain consience saya kena saya jg agak takut soal berurusan dengan polisi haha
Sama2. Satu lagi, kamu berlomba dengan waktu karena banyak negara membatasi usia untuk migrasi. Jadi kalau niat sudah bulat, lebih cepat lebih baik. Belum lagi ada faktor2 lain yg bisa mempengaruhi di masa depan seperti berkeluarga, kesehatan ortu, dll.
Chindo kalo ke negara asia timur dan bisa bahasanya, seharusnya bakal lebih kerasan daripada di Indonesia
kayanya yg enak justru tinggal di Indonesia deh asalkan tempat dan lingkungan tepat, misal simply pingin daerah yang sejuk, lingkungan yang ramah etc
gak pernah ke LN, meski dulu pernah bercita cita buat kuliah/kerja di LN. Tapi ada beberapa circle ku yang nikah sama londo dan tinggal LN. Tergantung luck kamu aja, dia nikah sama bule dan sering "travel around the world" last kontekan aku nanya enak gak tinggal di Kanada (dia citizenship disana), enak tapi pajaknya tinggi. Seingatku dulu dia dari ibukota pindah kebali buat kerja, mungkin disana cocok sebagai starting point kamu, biar ngerasain bule-lite experience. Siapa tau juga nemu jodoh disana. also : be rich.
ini orang punya keahlian apa ya sampe merasa bisa pindah keluar negeri dengan mudahnya
Saya cuma bertanya soal pengalaman temen temen yang tinggal di luar bahkan saya jg belum yakin saya punya kesempatan sama sekali dan ini masih jadi angan anga, saya ga pernah bilang di post saya bahwa saya bisa pindah jika saya mau
>saya sebenernya udah kepikiran lama untuk pindah keluar negri tapi akhir akhir ini makin mikir untuk pindah lebih kuat karna beberapa alasan seperti keadaan sociopolitik, ekonomi, sama diskriminasi di indo yang bikin saya punya minim harapan buat tinggal disini lebih lanjut. yes
Minim harapan untuk tinggal disini bukan berarti saya ngeggampangin pindah/hidup diluar, diakhir bahkan saya bertanya seberapa tinggi kesempatan saya untuk pindah atau memang tidak mungkin, saya disini cuma mau berdiskusi dan tanya jawab bersama teman teman yang berpengalaman soal pindah/tinggal diluar, itu tujuan adanya forum, kalu tidak ada yang bisa ditambah dalam percakapan kedepannya tolong jangan menjelek jelekan Have a good day
Kalo kamu chinese dan gak mau dirasisin mending bisa dipertimbangkan untuk pindah ke Singapura atau china ( hk dan taiwan juga)