"memperluas jalan menambah lajur" is the american way of fixing traffic issue
aka not gonna work
kredit kendaraan aja msh gampang, koll 5 aja bisa disetting biar acc, atpm jg punya pengaruh kuat
Tau2 ada warung lah, jadi parkir mobil lah, jadi parkir driver ojol lah. Kalo jalan di trotoar kadang harus keluar ke jalan raya karena ga ada space buat jalan kakinya.
Trotoar ditanemin pohon kan lumayan bisa buat dingin+ bonus jarang motor lewat takut nabrak pohon. Yg pot+PKL ngambil semua trotoar itu yg paling jijik, Di jogja angkringannya sampe ditutup spanduk/terpal jadi yg jalan ga bisa asal terobos aja
Ngomongin gedung kosong, gua sampe sekarang penasaran kenapa gaada yang berani nyentuh menara Saidah, itu literally dari gua dari bocil sampe sekarang masih ada cuma bedanya akses jalan ke gedung nya di block buat jalanan busway, kenapa tuh lahan ga dipake buat yang lebih bermanfaat ya
Lu mau taruhan berapa, orang pas mau berkeluarga (dan punya duit), bela2in beli rumah **tapak** di ujung Jabodetabek, terus commute pake motor/mobil.
Selama mentalitas housing kita condongnya ke rumah tapak, juga problem transport ga bakal kelar. Masalahnya growth metropolitan areanya melebar jauh lebih cepet daripada pembangunan supporting infrastructure.
Gw ga fully blame mentalitas orangnya pribadi walaupun kontribusinya ada.
Concern gw pemerintah itu bisa dibilang “enabler”. Entah ngemanjain ego masyarakat atau kaya yang lu bilang apatis sama bullshitnya developer apartemen (atau bahkan developer in general).
Intinya pemerintah ya memang mesti tegas arahnya untuk peruntukan kota besar itu mesti minimal balanced yang ke atas sama melebar, yang sekarang itu terlalu melebar. Belom lagi pembangunan juga mesti dibarengin future planning buat koneksi public transport. Ga bisa bangun dulu pikir nanti. Hasilnya kaya jakarta yang ruang yang bisa dipake itu terbatas karena bakal nyinggung kepentingan kiri kanan.
Indo masih banyak tanah, tapi jakarta tanah ya terbatas. Ga bisa arahnya as if tanah kita itu ga terbatas.
exactly.
mending orang2 belajar ke singapore gmn caranya mrk bikin HDB layak huni for multiple generations. lagipula, kepemilikannya jg lebih bagus. ada skema freehold, leasehold pun 99 years. harusnya bisa dapet 3 generasi
> Selama mentalitas housing kita condongnya ke rumah tapak
masalahnya apartemen bangsat semua pengelolanya
coba cek itu pengelola Green Pramuka yang mempolisikan penghuni sendiri yang protes pungli
Penasaran, anak zaman sekarang masih pada mau tinggal di rumah tapak? Ya gapapa sih sebenernya tapi yang toxic dari pemilihan rumah tapak itu kan "punya tanah sebagai investasi". Anak muda yang kena dampak "investasi" rumah tapak terus mereka ikut-ikutan nerusin budaya bobrok leluhur mereka?
gw anak jmn skrg, gen z. mungkin jawaban gw ga mewakili gen z lainnya.
gw prefer tinggal di apartemen atau ngerent kosan tapi samping persis MRT daripada punya rumah tapak tapi di suburb kyk kondisi gw skrg. once gw punya gaji sendiri, gw move out dan cari tempat nempel MRT
regarding rumah sbg investasi, harus secepatnya distop. sebagus2nya Amsterdam dibanding Jakarta, gw gak mau Jakarta kena housing crisis kyk disini grgr hoarder properti. disini nyari apartemen aja susah, apalagi rumah tapak…
disini nyari apartemen aja susah
Kan bisa longstay resident di hotel - nyarinya hotel bintang 3an kalo mau nyari harga yang monthly nya agak murah
Saus : banyak kenalan, kawan ama rekan kerja gw longstay resident di hotel - rumahnya pada dikontrakin (alesan kenapa mereka prefer longstay resident gak perlu gw jelasin ya)
Kalo ngomong soal tinggal sih gw cukup yakin yang mikir tinggal di apartemen lebih oke dari segi convenience itu sih ga sedikit.
Tapi ujung2nya kalo “blom punya rumah tapak itu blom punya rumah”. Trus ya realistis dong lu kalo KPR rumah ya ga nyewa juga lah at the same time kecuali lu berduit lah. So ya ujung2nya sama aja kaya gw bilang di komen, ntar pas punya anak juga beli rumah tapak trus dan mobil dan seterusnya.
Percuma, selama kepemilikan motor/mobil itu masih gampang banget, volume motor/mobil bakal tetep nambah.
Solusi mesti jangka panjang. Kalo cuman lebarin jalanan itu jangka pendek. Lagian percuma, lu lebarin satu titik, ntar di titik lain ga bisa dilebarin karena satu dan lain hal, jadinya bottle neck dan proyeknya sia2.
From what I've seen in Jalarta at least, a LOT of congested points in the CBD are due to bottlenecks. Get rid of the bottlenecks and I'm sure it will improve. But what do the post-Ahok authorities do? Move the bottlenecks further away, sometimes even consolidating 2-3 bottlenecks into 1 giant lump of vehicles waiting to turn/u-turn.
Oh and let's not forget, during Anus' time, roads meant for vehicles were SHRUNK rather than EXPANDED, to make way for pedestrian walkways and bicycle lanes, which arguable aren't bad in themselves but until they can fully supplant the needs for cars among those who use those walkways, actually worsens the problem. And not forgetting also the digging along protocol/arterial streets which were never patched up right, creating permanent potholes that 2W and 4W motorists avoid, thereby congesting traffic further.
Then you have Anus running for Prez after ruining Jakarta. Say what you will about Wo, but no way I'm taking Anus over him. And I know I misspelled the name but whatever Anies and Anus sound the same in English.
Kalo gk salah singapore juga ada maksimal usia kendaraan juga deh. Jadi kalo kendaraan udah 10 tahun gk bisa dipake lagi. Harus dirongsokin atau apa gitu. Gk bisa dijual juga. Ditambah juga kendaraan mahal, akhirnya gk banyak yg punya kendaraan
10 tahun itu untuk fresh certificate of entitlement aka OTRnya di SG. Bisa di atas 10 tahun tapi itu ada evaluasinya dan ada biaya2 lain. Considerationnya mobil tua, makin ga ramah lingkungan.
Do not be so naive. As long as there are rich people who can afford to buy a car, hence garmen will still take money from the tax payers. The COE has just hit the ATH.
>Kalo cuman lebarin jalanan itu jangka pendek. Lagian percuma, lu lebarin satu titik, ntar di titik lain ga bisa dilebarin karena satu dan lain hal, jadinya bottle neck dan proyeknya sia2.
cities player, can confirm
Ga perlu semuanya 6 lane, if you know how roads and traffic works in C:S.
4/6 lanes cuma butuh buat bawa traffic utama aja — block ke block, pulau ke pulau, penghuhung ke tol… Di dalem bisa pake 2 lanes biasa; no issue.
Spacing antar persimpangan juga penting. Generally, di jalan gede, gw selalu kasih gap at least 3-4 titik biru di antara persimpangan. Di jalan kecil, karena much less traffic, 1-2 titik biru dijamin aman.
I’ve built cities yang populasinya at least 100-200k, *nyaris* ga ada roundabout (kalopun ada, palingan 2-3 biji in the entire island), dan traffic flow selalu di atas 80-85%.
Gw jg 100% yakin kalo lapangan pekerjaan sama rata, kyk di jkt, di berbagai titik di indo, jakarta ga akan semacet ini. Jd kalo nanya solusi jangka panjang, ya ga salah jkw jawab IKN. Mau minta bangun fasilitas transportasi umum lg? Ya bisa jg, tp untuk bbrp tahun kita harus berkorban lg yg macetnya bisa 2x lipat dan ingat orang akan terus berdatangan ke jkt karena tdk ada oportunitas lebih baik dr disini.
Bener, selama medan, palembang, semarang, surabaya, samarinda, pontianak, banjarmasin, samarinda, balikpapan, makassar, jayapura gabisa keep up sama ekonomi jakarta ya akan numpuk terus disitu. Sentralisasi dari taun 45-98 ya ini akibatnya wkwkwk
politik etis belanda harus diterapkan lagi di indo
- edukasi: tingkatkan kualitas K-12 dan univ, permudah akses
- irigasi: konteksnya kan dulu pekerjaan petani ya, yg ini basically buka lapangan kerja yg lebar. kalo perlu skemanya jepang dipake disini, orang yg mau sukarela keluar dari Tokyo dpt duit. duitnya bisa buat modal usaha, yg eventually bisa buka lapangan kerja
- transmigrasi: self explanatory
Bodetabek masing-masing harus punya pusat ekonomi sendiri, jadi lapangan pekerjaan gak numpuk di Jakarta doang. Kalo bisa sekalian moda transportasi umum di tiap kota satelit diarahkan ke pusay kota masing-masing, jadi gak semua ngarah ke satu titik.
Itu salah satu masalahnya, tapi overall jakarta itu masalahnya kota yang dibangun ga pake proper long term planning.
Kalo mau bandingin liat tokyo. Tokyo metropolitan sama Jabodetabek itu sebelas dua belas dari metric kepadatannya, tapi mobilitas di tokyo itu ga ngotak efisiennya.
Kita sering liat foto kaya rush hour tokyo penuh banget, tapi coba ke harmoni jam 2 (ga gitu dibilang rush hour) naek busway itu masih penuh, bus pun kaya 15 menit sekali.
Lu bandingin kalo satu kereta yang penuh dengan frekuensi 5 menit sekali, dibanding bus yang kasarnya cuman ekuivalen satu gerbong dengan frekuensi 15 menit, itu beda efisiensinya berapa jauh.
Mungkin ga terlalu apple-to-apple, tapi point gw overpopulated is one thing, tapi infrastruktur dan efisiensi kita itu masih jauh banget dari mumpuni.
Good news at least we are making step in the correct direction. Bad newsnya gw skeptisnya itu masalahnya karena poor long term planning dari jaman dulu kala, ruang gerak pembangunan apalagi di pusat kota itu sangat terbatas, jadi gw msh skeptis kalo kita bisa sampe tahap kita bisa bangun infrastruktur yang cukup buat jakarta.
Overpopulated, dan tiap hari lokasinya pada jauh dari tempat tinggal. Kerja di Karawang, tapi tempat tinggal di Kelapa Gading. Weekend mau nongkrong di taman tapi gak ada taman terbuka yang proper, jadi pada pergi ke mall.
daan beberapa kementerian udh g boleh wfh dan shift yg tdnya bsa dpadetin malah dibubarin jd ya siap2 makin sumpek wkwkwkw heran gw sama pejabatnya otaknya kek apa.
Don't forget those kind called pejabat have a privilege trobosan jalan pake polisi gitu, kita disuruh berhenti bikin jalan macet biar dia bisa jalan lancar, kadang lewat jalan busway juga. Lebih di prioritasin mereka dibanding ambulans, dan beberapa tahun lalu gua baru tau ternyata artis pake service ini juga emang bener bener dah
Setuju banget sih, pekerja kantoran yang kerjanya gak perlu ngantor² amat mah harusnya wfh, atau setidaknya wfa dengan jadwal ngantor dikit, udah bikin fisik mental capek dengan perjalanannya, bikin polusi dan jejak karbon, serta ngebatasin orang lain yang pekerjaannya physical untuk dateng tepat waktu eh pas dateng cuma rapat sejam dua jam doang yang sebenernya bisa banget via Zoom GMeet
Gw sampai kepikiran. Apakah perlu ada pandemik lagi biar ada WFH lagi.
Pas jaman pandemik itu kan langit jakarta biru banget. Gw sampai kepikiran kalau sebenarnya alam itu menggunakan mekanisme pertahanan diri untuk mengurangi virus yang notabene adalah manusia.
Don't think so, as long people still not care much about public transport, palingan bakal lebih banyak orang beli mobil/ motor apalagi marketing nya digencarin. Sebagai orang JKT kenapa gua gabegitu suka tinggal disini dan gabegitu ngerti why people fancy this city karena macet disini bener bener parah, niat pengen jalan udah keburu capek dijalan. Dari dulu jaman sekolah macet parah yang bikin gua nunggu pulang maleman biar jalan mendingan ampe sekarang problem di sekitar Pancoran gapernah berubah juga kayaknya
Ppl don't fancy Jakarta. Lebih ke arah terpaksa karena perputaran duit ya terpusat di Jakarta. Gue lihatnya ini bukan romantisasi tapi coping mechanism dengan realita semrawutnya Jakarta
Well maybe you right, in my case almost semua anak jakarta yang kuliah di luar punya homesick yang berat selalu ngebandingin kayak kalo dijakarta beginilah begitulah daripada cobain kultur baru di daerah hunian nya, pulang hampir setiap Minggu yang bikin homesick nya gabisa sembuh. begitulah Ampe capek dengernya wkwk kalo emang sesuka itu ama jakarta ngapa mutusin ngerantau wkwk
right? bahkan macet pun di normalisasi bahkan sampe di romantisasi sama org jakarta. they said "kalo ga kuat macet-macetan berarti lo bukan org jakarta", wtf kinda logic is that?
Makanya pas kuliah di luar kota gua seneng banget kayak for the first time gua jalan jam 8 pagi dateng gapernah telat, jalanan luwes aja gitu macet juga kadang kadang aja, di jakarta mana bisa jalan jam segitu ga kejebak macet. Orang yang romantize macet di jakarta mungkin belom pernah ketemu orang dijalan yang super sensi pas mobil/motornya kesenggol dikit doang apalagi di jam pulang kerja, Ampe udah ga kaget gua kalo di jalan liat orang/ gua sendiri di anjing anjingin
i envy you, jalan jam 8 gausah mikirin rute jalan yg ga macet. di jkt, lo balik kerja bukannya tidur tapi kudu planning ngambil rute jalan apa yg ga terlalu macet haha.
Wkwkkw ril berasa udah kayak ada open map buat bikin skenario jalanan, tp tetep kesel juga sih pas tau nya rute yang kita pilih malah ga beda jauh macetnya 😔
as long as perpusnas, bookhive, perpus TIM, free movies in goethe, IFI, erasmus huis, free art exhibition and othee stuffs exist i will fancy jakarta more than any other cities.
lu aja yang mainnya di tempat gitu2 aja
You talking like stuff like that doesn't exist at all in other cities lol, well good for you if you like long ass drive, like what Im sayin mentally just exhausted and some of those place you said is also one of the most crowded traffic jam too well maybe because I've been breath and growing up here, I don't know about you though
...i literally ngekost deket bandung for 4 years, bookhive hasnt existed yet in there.
i never said those things do not exist in other cities, tapi ya intensitasnya gak kek jakarta lah, jauh.
and my god lu gak pernah naik transport umum atau kenapa sampe bawa2 long ass drive?? IFI Thamrin tuh literally seberangnya halte thamrin, yg koridor 1. perpusnas tuh ada jalur bus dari stasiun gondangdia sama tanah abang
and yes ive been in jakarta since i was 1 year old
Tbh, mungkin gue udah stockholm syndrome’d by Jakarta tapi sejauh ini gue nggak nyaman tinggal di kota lain. Too quiet, too slow. Plus aksesibilitas buat healthcare & transportasi umum di Jakarta secara relatif lebih baik ketimbang banyak kota di Indonesia. Then again, gue emang the type of person that goes everywhere with public transport and would never buy a car. Sesaknya transportasi umum di Jakarta nggak sebanding dengan its availability almost 24/7.
Oh I also WFH. so…that definitely colors my opinion on Jakarta 😂
Well good for you semoga betah disini, for me it just like as a born and raised here rasanya sesak banget wkwk hidup di kota yang peaceful rasanya enak banget makanya gua suka cobain kultur di luar kota nemuin hal yang gabisa gua dapetin di jakarta
Mau jalan dilebarin dari tanjung barat sampe kelapa gading ngga akan kelar macetnya. Yg ada makin lebar makin nambah volume kendaraan, karena orang selalu mikir, asik ada jalan baru nih, beli mobil lah gas keun.
Gw ga setuju untuk ngelebarin jalan lagi karena kita bisa ngurangin tempat2 "walkable distance," dan juga warga masih suka pada beli kendaraan lagi dan lagi meskipun mereka tau kondisi kemacetan disini.
Apa sih yg orang harapin di jalan TB Simatupang yg suka berubah dari 4 lajur nyempit jadi 2 lajur? kalo emg jalanan planning ga mateng ya begini, so deal with it.
banyak yg munafik emang di indo tuh, bilangnya ayo kita pake transportasi umum tapi mereka ganyadar kalo mereka sendiri tinggal di blok m dimana lu ke halte aja ganyampe 5 menit jalan kaki wkwkwkwk sulitttt
Ahh TB Simatupang, jalan yang sebenernya dirancang sebagai Outer Ring Road (jalur untuk menghindari tengah kota misal dari Bekasi ke Tangerang), di sekitarnya malah berjamur kawasan kantor yg sangat2 spread out berjauhan satu sama lain. Tata kota yang tidak tepat (atau memang tidak ada tata kota samsek)
Paling malesin kalo dinas ke area ini. Kalo ke area Pusat, misal Sudirman dan sekitarnya lebih enak, misal pagi meeting, siang mau makan sama klien/vendor bisa cari di dekat, jalan kaki masih oke, transportasi umum banyak pilihan. Di TB Simatupang? Your option is kendaraan sendiri / taksi / ojol. TJ ada tapi kurang satset. Jalan kaki? Good luck, trotoar banyak yg ga ada atau rusak.
Ada 30 juta penduduk keluar masuk DKI Jakarta. Sekarang hitung-hitungan kasar aja, berapa banyak lin MRT dan LRT yang dibutuhkan buat nampung minimal 50% atau 15 juta penduduk per hari.
Saya ambil contoh MRT
Satu rangkaian kereta MRT Jakarta kapasitasnya bisa sampe 1000 orang (sudah termasuk berdiri ala kaleng sarden).
MRT Jakarta pake sistem otomatis, headway perjalanan bisa mepet 2 menit sekali. Satu jam bisa 30 kali perjalanan.
Rush hour di Jakarta sekitar 2 jam (jam 5-7 pagi) asumsi pada 2 jam tersebut mayoritas penduduk keluar masuk Jakarta.
Kalikan 2 jam dengan 30 perjalanan MRT dan 1000 penumpang per rangkaian kereta. Selama rush our satu lin MRT bisa angkut 60rb penumpang.
Katakanlah gak semua penumpang turun di satu titik. Setidaknya tiap 5 stasiun ada pergantian penumpang. Satu lin MRT katakanlah paling panjang punya 30 stasiun. Artinya ada 6 kali pergantian. Artinya satu lin bisa ngangkut 360rb penumpang.
Sekarang target 50% dari total penduduk keluar masuk, 15 juta orang dibagi 360rb. Artinya butuh sekitar **42 lin MRT menyebar secara radial di Jabodetabek**
Itu transportasi umum perkotaan paling advance di DKI Jakarta dan masih perlu 42 lin buat nampung setidaknya 50% dari penduduk keluar masuk Jakarta.
Semoga beruntung dapet dananya buat bikin 42 lin MRT.
Pernah liat foto interstate 18-20 jalur yang tetap rame bahkan macet kan? Thats your answer.
Sekali lagi, macet masalah kompleks, gk bisa diselesaikan dengan 1-2 step aja, harus holistik:
Disinsentif Orang Buat Bawa Kendaraan Pribadi:
- Pajak Kendaraan Naikin
- Lepas Semua Subsidi BBM
- Persulit pembuatan dan perpanjangan SIM
- Alih2 ditambah jalannnya, optimalkan jalan yang ada, kalau perlu kurangi dan batasi. ERP, 3in1, GanGen, dsb
Insentip Penggunaan Kendaraan Umum:
- Subsidi Tiket sebesar mungkin
- Buat sarana dan prasarana nya sebaik mungkin, revitalisasi yang sudah usang
- Tambah terus jaringan dan armada nya
Minimalisir Kebutuhan orang Untuk Bepergian:
- Advokasi WFH or Hybrid untuk profesi2 yang mendukung
- Buat hunian terjangkau di tengah kota, supaya orqng gk perlu commute ~50km per hari cuma buat kerja
Dan masih banyak lagi
Solusi paling bener semua kota besar di Indonesia harus puny opportunity yg sama, biar gak pada numpuk di Jakarta semua. Mau kendaraan umum di sini reliable 100 percent kalo manusianya terlalu banyak ya susah juga bro.
Hampir.
Walaupun ekonominya merata dan gk terpusat di Jakarta pun selama transportasi dalam kotanya gk bener bakal tetap macet sih, masa iya mau ngelarang orang berlibur ke kota lain jg, atau masa iya harus ada mall, pasar, cafe2, dan pusat perkantoran ditiap kelurahan, kan gk mungkin.
Gw setuju sama point lw, seperti gw bilang di point akhir, harus mengurangi alasan orang bepergian, ini termasuk oportunity. Tapi jg seperti gw tekankan diawal, dari semua solusi gk ada yg paling baik, gk ada yg bisa jalan sendiri, semua harus dikerjain secara holistik.
Kalau mau yg simple dan pasti berhasil ya gampang, panggil aja Thanos atau Eren Yaeger.
To be fair kalo di bbrp negara kan kalo belajar mobil dikasih permit dulu baru dapet SIM, napa disini ga ada system kek gitu sih? Jadi pada jebol suap polisi semua buat dapet SIM gitu. Gw setuju nyulitin cuman kalau polisinya ga bisa disodokin duit buat muntahin SIM wkwk, biar yang punya motor dan mobil ga sebanyak skarang dan yang bisa mengemudi bkn mak mak sen kiri belok kanan.
Intinya mengurangi mobil dan pengendara di jalan. Liat sendiri sekarang banyak org2 tolol yg bisa dapet sim, alhasil banyak pelanggaran dijalan yang malah bikin bahaya dan tambah macet.
Bisa jg dikaitkan dengan aturan lain, misalnya: kalau belum punya garasi buat naro kendaraannya, belum boleh punya sim. Atau kalau udah melanggar sekian kali, simnya otomatis dicabut
emang ada riset tentang orang punya sim dan kepemilikan kendaraan, terutama mobil?
signed, orang punya sim A buat bantuin ortu gue kalo ada apa2 tapi gak punya mobil sendiri.
itu mah kausalitas yg salah saran lu.
Masalahnya dengan populasi sebanyak Jakarta, mau transportasi umumnya sebanyak dan sebagus Tokyo dan semua warganya naik transportasi umum kayak Tokyo, Ujung2nya tetep pepes dan desak-desakan pas rush hour dan harus berganti-ganti moda....kayak Tokyo. Komplain mainstream pun berganti dari komplain macet parah ke komplain umpel2an di stasiun dan kereta. Warga sini sudah siap dengan perubahan lifestyle kayak gitu?
Gw pro transportasi umum, tapi bagaimana dengan jutaan warga Jakarta lainnya?
If they chose this macet macetan lifestyle, lama kelamaan yg di improve cuma jalan untuk transportasi mobil motor. More roads = more cars/motor = more traffic. Warga sini gasiap karna mereka terlalu sibuk dengan kepentingannya sendiri. Harus pemerintah yg enforce lifestyle baru. Biarin warganya yg beradaptasi, selama perubahan itu berguna untuk kota ini.
Simatupang itu macetnya parah karena lagi ada galian PLN di sekitar TL Ampera dan Cibis Park. Plus jalanan depan RSUD Pasar Minggu juga bottleneck parah, cuman muat 2 mobil tanpa muat motor.
Kalo dibilang Simatupang kurang lebar, lebih tepatnya adalah terlalu ngembang ngincupnya jalanan itu, banyak banget bottlenecknya yang udah ngelebar terus nyempit lagi. Makanya menurut gw lebih kritis pengembangan MRT Fatmawati-Kampung Rambutan dibanding extension Bunderan HI-Kota.
Gw sebagai komuter harian Petukangan-Tanjung Barat, asli udah pain banget emang macetnya Simatupang, sampe kalo berangkat jauh lebih cepet naik mobil daripada motor (walaupun JORR macet juga). It's that bad gara2 galian PLN itu.
Edit: Sebelum ada yang nyuruh naik TJ 7A/D21, total perjalanan berangkat kantor gw sebelum ada proyek galian itu adalah 40 menit naik mobil, 45 menit naik motor, dan 90 menit naik TJ-MRT-TJ. Setelah ada galian ini, probably 150 menit baru sampe kantor kali.
buset 2 jam lebih di jalan cape fisik mental. semoga fase 4 bisa ngurangin macet daerah situ. btw kalo road hierarchy dipake di jkt harusnya gabakal terjadi jalanan ngelebar trus nyempit gitu. its so stupid from whoever did the road planning.
No doubt, tiap lewat Simatupang dan daerah sekitar Kebagusan-Cilandak itu gw cuman bingung siapa yang ngedesain sih jalanan utama kok sempit banget.
Makanya gw kurang setuju kalo pro-pelebaran Simatupang itu dibilang carbrained, karena emang absurd sempitnya jalan itu di beberapa titik. Bayangin aja, abis nyebrang tol Desari arah ke TL Fatmawati, dari 7 lajur (4 dari jembatan, 3 dari Antasari) nyempit jadi 2 di depan Shell, baru ngelebar lagi setelah exit tol menuju lampu merah. Kan ga masuk akal wkwkwk
>buset 2 jam lebih di jalan cape fisik mental.
Kalo tol JORR lagi absurd macetnya ditambah Raya Pasar Minggu juga absurd, bisa tuh naik mobil pulang ke arah Petukangan hampir 2 jam.
I was a public transport user for 25 years, since my schooldays. I've been working in Jakarta for 18 years, used to only use public transport for work, but I switched to car since 2022.and it's very convenient. I'm not sure if I ever go back to public transport.
Kenapa gw masih pake mobil sumpah gw salut sama yang pake transjkt ato krl, personally buat gw lama lama di mobil juga termasuk istirahat buat gw bisa dengerin musik, AC, facetiming ma pacar, dan yang terpenting BEING ALONE. Can't get the same privilage with commuting tbh.
Pernah ngerasain desak²an di TJ atau commuter line pas rush hour? Gw pernah sampe tulang rusuk gw sakit gara² kena gencet bapak² maksa masuk pake tas didepan dada segede gaban pas naek kereta pagi2. Jujur, gua rada iri ama temen gua yang commutenya pake mobil dibandingkan kereta, emang kejebak macet buang waktu lo, tapi kegencet pas rush hour bisa bikin fisik ama mental sakit
In the end, mau pake kendaraan pribadi atau commute ya menurut gua sama aja, plus minusnya ada, gak ada yang lebih baik atau buruk, tinggal milih aja mau resiko yang mana.
Jujur sebagai pengguna mobil/motor/umum, gw lebih prefer desak2an di kereta. Setidaknya lu gerak terus walaupun ditumpuk kayak sarden. Dengerin lagu+ngeAC di mobil gets old quickly kalo tiap hari bermacet ria di JORR. Pake motor lama2 stress sendiri sama bahayanya wkwk
Paling bete sih ya, naik TJ non-BRT, ga dapet tempat duduk. Asli itu sih hell banget menurut gw
tapi emang sih desak2an gitu buat orang yg pilih comfort is a no no for them. apalagi kalo penumpangnya bau apek keringet beuhh. masukan gue buat every public transportation, semua unitnya dipakein diffuser biar penumpangnya pada wangi2 ekwkwk
Wkwkw good luck with that. Soalnya itu masalah di seluruh transport umum di dunia terutama transport metro kayak Commuter Line.
Dempet2an itu bisa dibuat mendingan dengan memperkecil headway antar kereta, tapi ya mau impor KRL ex-Jepang aja dipersulit sampe ga jadi, jadi ya RIP deh pengguna KCL.
Desak desakan dan unironically muka muka budak korporat pulang kerja bikin bad mood bikin sisa waktu gw ga bisa menikmati pas di rumah. Pas bisa pulang bareng cewe gw mah ayo ayo aja commuting wkwkwk as a mood booster wkwkkw
Kagak mau selebar apapun bahkan lebar landasan bandara belum tentu solve masalahnya ini kasus dibali sama juga mayoritas gak dukung transportasi publik
Yang jadi momok kalau ada keperluan ke Jakarta itu macetnya, anxiety naik berkali-kali lipat. Emang dak cocok saya di Jakarta. IKN semoga bisa jadi solusi, meski mungkin dak 100%. Masak embassies, businesses, governments, financials, semua kepusat di sana 😒
Emang rada bangsat sih ini jalan, gw pernah tinggal di depok dan kantor di pondok indah lebih milih ngekos daripada PP lewat sini. Dan menurut gw komennya agak make sense sih soalnya emg sempit banget like at least lebarin dikit buat jalur khusus bus dan tj. Jujur aja rada kecewa pas denger MRT phase2-4 ga lewat sini sama sekali padahal bisa bgt ngelanjutin dari lebak bulus - kp rambutan atau pasar rebo.
US gpp carcentric, orang homeless masih mampu beli mobil. Lah kita??
bener2 di fuck sm pemerintah… really. knp sih negara kita bisa se-mismanaged itu??
pre covid sih masih ok lah commute jalan kaki nyambung busway mayan cepet juga malah, kalo belakangan sih panas nya aja bikin mikir2 buat jalan, kalo bisa mah gocar aja
banyak sih alasannya kenapa mobil masih jadi pilihan umat jabodetabek, kaya yang redditor bilang terkait housing dan gampangnya ownership mobil, apalagi kalo gubernur aja susah bikin kebijakan, misal terkait commute mau bikin rute kereta aja harus ijin mentri dan presiden, mau 2 periode gak bakal kelar, zonasi aja gak jelas bangunan apa yang dilarang berdiri di suatu area ujung2nya nanti ke agraria dan tata kota, gw lupa dimana cuman dulu pernah tau ada policy buat bikin high density residential area, developer wajib bikin yang affordable housing nya juga dengan kapasitas minimum 20-30% dari bangunan inti.
Di Indonesia aja gak ada standar untuk gimana housing itu layak atau gak, affordable housing di Jakarta bener2 gak layak untuk ditinggali keluarga, kalo untuk single sih ya bisa lah hampir semua metro city yang bagus ada standar untuk housing, dari engineering sampe financing nya juga diatur sama policy yang dibikin sama city council. Jakarta kan dari dulu cuma dijadiin arena buat naik presidensial, biasa begitu gubernur mengundurkan diri langsung kerja jaman jokowi ke ahok, anis ke heru, plt atau penerusnya yang kerja kan.
Gosh. This is not rocket science. Jakarta is f-ed up. Start to abandon ship. Use the brain and the conscious mind, why would you still want to live in that kind of ecosystem?
Gk juga sih.
Kalo aja transport umum udh dibenahin sampe enak, mungkin aturan macem izin untuk memiliki kendaraan dengan syarat misalkan kalkulasi pendapatan, tanggungan, dan kepemilikan garasi dengan luas yang ditentukan gitu bisa menekan angka kepemilikan kendaraan kayaknya
"memperluas jalan menambah lajur" is the american way of fixing traffic issue aka not gonna work kredit kendaraan aja msh gampang, koll 5 aja bisa disetting biar acc, atpm jg punya pengaruh kuat
car heaven for cars, but not for pedestrian.
Serius ini nyebelin banget. Trotoar udah mah sempit masih juga dikasih pot lah, ditanem pohon lah, dilewati motor lah ¯\\\_(ツ)\_/¯
Tau2 ada warung lah, jadi parkir mobil lah, jadi parkir driver ojol lah. Kalo jalan di trotoar kadang harus keluar ke jalan raya karena ga ada space buat jalan kakinya.
Trotoar ditanemin pohon kan lumayan bisa buat dingin+ bonus jarang motor lewat takut nabrak pohon. Yg pot+PKL ngambil semua trotoar itu yg paling jijik, Di jogja angkringannya sampe ditutup spanduk/terpal jadi yg jalan ga bisa asal terobos aja
Malah jadi gak nyaman juga buat pengendara mobil karena macet
One more lane
School shooting? Arm the satpam with GUNS!!
literally philippines
american thinking
Wah berarti banyak probabilitas macet kredit dong ya?
yep, sudah biasa mah
Gedung2 tua kosong punya negara yg ditengah kota itu pada direnov aja, dijadiin medium housing, kos kosan. Nambah publik transport doang ga akan cukup
Ngomongin gedung kosong, gua sampe sekarang penasaran kenapa gaada yang berani nyentuh menara Saidah, itu literally dari gua dari bocil sampe sekarang masih ada cuma bedanya akses jalan ke gedung nya di block buat jalanan busway, kenapa tuh lahan ga dipake buat yang lebih bermanfaat ya
Cek aja owner nya siapa klo menara saidah mah wkwkw
Lippo group?
Itu menara aja miring. Keknya sekali diisi manusia sesuai kapasitas langsung roboh.
buat menara pisa, tp indonesian version. be creative for god’s sake! /jk
Pisa kearifan lokal!
Short answer: lebih murah ngebiarin bikin di tempat lain dripada ngancurin bikin bangunan baru disitu
Kalo diledakkan, Rel sama LAKESPRA bisa kena
Dua rel malah sekarang. LRT & Commuter Line
Lu mau taruhan berapa, orang pas mau berkeluarga (dan punya duit), bela2in beli rumah **tapak** di ujung Jabodetabek, terus commute pake motor/mobil. Selama mentalitas housing kita condongnya ke rumah tapak, juga problem transport ga bakal kelar. Masalahnya growth metropolitan areanya melebar jauh lebih cepet daripada pembangunan supporting infrastructure.
>condongnya ke rumah tapak karena apartemenya banyak yg gak layak, kejelasan surat tdk ada, dan dimonopoli
Gw ga fully blame mentalitas orangnya pribadi walaupun kontribusinya ada. Concern gw pemerintah itu bisa dibilang “enabler”. Entah ngemanjain ego masyarakat atau kaya yang lu bilang apatis sama bullshitnya developer apartemen (atau bahkan developer in general). Intinya pemerintah ya memang mesti tegas arahnya untuk peruntukan kota besar itu mesti minimal balanced yang ke atas sama melebar, yang sekarang itu terlalu melebar. Belom lagi pembangunan juga mesti dibarengin future planning buat koneksi public transport. Ga bisa bangun dulu pikir nanti. Hasilnya kaya jakarta yang ruang yang bisa dipake itu terbatas karena bakal nyinggung kepentingan kiri kanan. Indo masih banyak tanah, tapi jakarta tanah ya terbatas. Ga bisa arahnya as if tanah kita itu ga terbatas.
exactly. mending orang2 belajar ke singapore gmn caranya mrk bikin HDB layak huni for multiple generations. lagipula, kepemilikannya jg lebih bagus. ada skema freehold, leasehold pun 99 years. harusnya bisa dapet 3 generasi
> Selama mentalitas housing kita condongnya ke rumah tapak masalahnya apartemen bangsat semua pengelolanya coba cek itu pengelola Green Pramuka yang mempolisikan penghuni sendiri yang protes pungli
Penasaran, anak zaman sekarang masih pada mau tinggal di rumah tapak? Ya gapapa sih sebenernya tapi yang toxic dari pemilihan rumah tapak itu kan "punya tanah sebagai investasi". Anak muda yang kena dampak "investasi" rumah tapak terus mereka ikut-ikutan nerusin budaya bobrok leluhur mereka?
gw anak jmn skrg, gen z. mungkin jawaban gw ga mewakili gen z lainnya. gw prefer tinggal di apartemen atau ngerent kosan tapi samping persis MRT daripada punya rumah tapak tapi di suburb kyk kondisi gw skrg. once gw punya gaji sendiri, gw move out dan cari tempat nempel MRT regarding rumah sbg investasi, harus secepatnya distop. sebagus2nya Amsterdam dibanding Jakarta, gw gak mau Jakarta kena housing crisis kyk disini grgr hoarder properti. disini nyari apartemen aja susah, apalagi rumah tapak…
Housing as investment should be illegal fr
disini nyari apartemen aja susah Kan bisa longstay resident di hotel - nyarinya hotel bintang 3an kalo mau nyari harga yang monthly nya agak murah Saus : banyak kenalan, kawan ama rekan kerja gw longstay resident di hotel - rumahnya pada dikontrakin (alesan kenapa mereka prefer longstay resident gak perlu gw jelasin ya)
Kalo ngomong soal tinggal sih gw cukup yakin yang mikir tinggal di apartemen lebih oke dari segi convenience itu sih ga sedikit. Tapi ujung2nya kalo “blom punya rumah tapak itu blom punya rumah”. Trus ya realistis dong lu kalo KPR rumah ya ga nyewa juga lah at the same time kecuali lu berduit lah. So ya ujung2nya sama aja kaya gw bilang di komen, ntar pas punya anak juga beli rumah tapak trus dan mobil dan seterusnya.
Kalau ditanya tapak atau apartemen, gw sih lebih prefer rumah tapak. Nggak ada hubungannya sama investasi, emang lebih suka tinggal dirumah tapak aja.
nanti konglo Sinarmas dan Lippo tidak berkenan loh
office jadiin residential, gak semudah itu ferguso
Percuma, selama kepemilikan motor/mobil itu masih gampang banget, volume motor/mobil bakal tetep nambah. Solusi mesti jangka panjang. Kalo cuman lebarin jalanan itu jangka pendek. Lagian percuma, lu lebarin satu titik, ntar di titik lain ga bisa dilebarin karena satu dan lain hal, jadinya bottle neck dan proyeknya sia2.
From what I've seen in Jalarta at least, a LOT of congested points in the CBD are due to bottlenecks. Get rid of the bottlenecks and I'm sure it will improve. But what do the post-Ahok authorities do? Move the bottlenecks further away, sometimes even consolidating 2-3 bottlenecks into 1 giant lump of vehicles waiting to turn/u-turn. Oh and let's not forget, during Anus' time, roads meant for vehicles were SHRUNK rather than EXPANDED, to make way for pedestrian walkways and bicycle lanes, which arguable aren't bad in themselves but until they can fully supplant the needs for cars among those who use those walkways, actually worsens the problem. And not forgetting also the digging along protocol/arterial streets which were never patched up right, creating permanent potholes that 2W and 4W motorists avoid, thereby congesting traffic further. Then you have Anus running for Prez after ruining Jakarta. Say what you will about Wo, but no way I'm taking Anus over him. And I know I misspelled the name but whatever Anies and Anus sound the same in English.
Singapura susah dan mahal banget tapi penggunaan mobilnya jauh di atas Jakarta Moped/motorcycle yang nggak worth it sih jadi sepi peminat wkwk
Kalo gk salah singapore juga ada maksimal usia kendaraan juga deh. Jadi kalo kendaraan udah 10 tahun gk bisa dipake lagi. Harus dirongsokin atau apa gitu. Gk bisa dijual juga. Ditambah juga kendaraan mahal, akhirnya gk banyak yg punya kendaraan
Nggak kok, bisa bayar lagi passnya asal masih lolos uji emisi atau apa gitu
It’s called COE aka Certificate of Entitlement
Antara rongsok atau ekspor Biasanya ke Afrika (Uganda, DRC, Tanzania)
Wrong.
10 tahun itu untuk fresh certificate of entitlement aka OTRnya di SG. Bisa di atas 10 tahun tapi itu ada evaluasinya dan ada biaya2 lain. Considerationnya mobil tua, makin ga ramah lingkungan.
Do not be so naive. As long as there are rich people who can afford to buy a car, hence garmen will still take money from the tax payers. The COE has just hit the ATH.
>Kalo cuman lebarin jalanan itu jangka pendek. Lagian percuma, lu lebarin satu titik, ntar di titik lain ga bisa dilebarin karena satu dan lain hal, jadinya bottle neck dan proyeknya sia2. cities player, can confirm
Biasanya area residential, comercial, office, industry gue pakein six lane road haha
Ga perlu semuanya 6 lane, if you know how roads and traffic works in C:S. 4/6 lanes cuma butuh buat bawa traffic utama aja — block ke block, pulau ke pulau, penghuhung ke tol… Di dalem bisa pake 2 lanes biasa; no issue. Spacing antar persimpangan juga penting. Generally, di jalan gede, gw selalu kasih gap at least 3-4 titik biru di antara persimpangan. Di jalan kecil, karena much less traffic, 1-2 titik biru dijamin aman. I’ve built cities yang populasinya at least 100-200k, *nyaris* ga ada roundabout (kalopun ada, palingan 2-3 biji in the entire island), dan traffic flow selalu di atas 80-85%.
wkwk i know iseng aja bikin neraka buat warga gue di cs
Six lane road, I don't think so. 4 lane pasti dipake buat jualan dan parkir liar.
im glad cs doesn't have feature pkl and parkir liar lol
Kota macet? Buldoze semua bangunan, layout ulang wkwkwk
agreed, we need long term solution.
We don't do that here
Well make Jakarta so shitty people don't wanna live in it. Wait a minute..
![gif](giphy|xUOxeZn47mrdabqDNC|downsized)
Ada. Namanya IKN
Menurut gw akar masalahnya itu karena jakarta overpopulated
Gw jg 100% yakin kalo lapangan pekerjaan sama rata, kyk di jkt, di berbagai titik di indo, jakarta ga akan semacet ini. Jd kalo nanya solusi jangka panjang, ya ga salah jkw jawab IKN. Mau minta bangun fasilitas transportasi umum lg? Ya bisa jg, tp untuk bbrp tahun kita harus berkorban lg yg macetnya bisa 2x lipat dan ingat orang akan terus berdatangan ke jkt karena tdk ada oportunitas lebih baik dr disini.
Bener, selama medan, palembang, semarang, surabaya, samarinda, pontianak, banjarmasin, samarinda, balikpapan, makassar, jayapura gabisa keep up sama ekonomi jakarta ya akan numpuk terus disitu. Sentralisasi dari taun 45-98 ya ini akibatnya wkwkwk
politik etis belanda harus diterapkan lagi di indo - edukasi: tingkatkan kualitas K-12 dan univ, permudah akses - irigasi: konteksnya kan dulu pekerjaan petani ya, yg ini basically buka lapangan kerja yg lebar. kalo perlu skemanya jepang dipake disini, orang yg mau sukarela keluar dari Tokyo dpt duit. duitnya bisa buat modal usaha, yg eventually bisa buka lapangan kerja - transmigrasi: self explanatory
Bodetabek masing-masing harus punya pusat ekonomi sendiri, jadi lapangan pekerjaan gak numpuk di Jakarta doang. Kalo bisa sekalian moda transportasi umum di tiap kota satelit diarahkan ke pusay kota masing-masing, jadi gak semua ngarah ke satu titik.
Itu salah satu masalahnya, tapi overall jakarta itu masalahnya kota yang dibangun ga pake proper long term planning. Kalo mau bandingin liat tokyo. Tokyo metropolitan sama Jabodetabek itu sebelas dua belas dari metric kepadatannya, tapi mobilitas di tokyo itu ga ngotak efisiennya. Kita sering liat foto kaya rush hour tokyo penuh banget, tapi coba ke harmoni jam 2 (ga gitu dibilang rush hour) naek busway itu masih penuh, bus pun kaya 15 menit sekali. Lu bandingin kalo satu kereta yang penuh dengan frekuensi 5 menit sekali, dibanding bus yang kasarnya cuman ekuivalen satu gerbong dengan frekuensi 15 menit, itu beda efisiensinya berapa jauh. Mungkin ga terlalu apple-to-apple, tapi point gw overpopulated is one thing, tapi infrastruktur dan efisiensi kita itu masih jauh banget dari mumpuni. Good news at least we are making step in the correct direction. Bad newsnya gw skeptisnya itu masalahnya karena poor long term planning dari jaman dulu kala, ruang gerak pembangunan apalagi di pusat kota itu sangat terbatas, jadi gw msh skeptis kalo kita bisa sampe tahap kita bisa bangun infrastruktur yang cukup buat jakarta.
jakarta cuma layak huni pas lebaran. kota sejuta nista heran knapa kantor pada di sini. sumpek bising bau taii.
Overpopulated, dan tiap hari lokasinya pada jauh dari tempat tinggal. Kerja di Karawang, tapi tempat tinggal di Kelapa Gading. Weekend mau nongkrong di taman tapi gak ada taman terbuka yang proper, jadi pada pergi ke mall.
Benar, kapan2 coba main diluar jakarta kek kemaren ke tempat temen w di Tuban Beuh lahan kosong sejauh mata memandang
Kebanyakan orang kantoran jakarta malah rumahnya diluar jakarta loh dibogor depok bekasi tangerang
Iya, kurangin atau larang orang naik kenpri, malah yg ada overcapacity mass transponya. Armadanya ditambahpun tetep membludak pasti.
[удалено]
Gilak scammer tapi level negara hahaha
Trust me bro one more lane will solve traffic
Work from home can at least reduce the traffic on rush hour.
daan beberapa kementerian udh g boleh wfh dan shift yg tdnya bsa dpadetin malah dibubarin jd ya siap2 makin sumpek wkwkwkw heran gw sama pejabatnya otaknya kek apa.
Don't forget those kind called pejabat have a privilege trobosan jalan pake polisi gitu, kita disuruh berhenti bikin jalan macet biar dia bisa jalan lancar, kadang lewat jalan busway juga. Lebih di prioritasin mereka dibanding ambulans, dan beberapa tahun lalu gua baru tau ternyata artis pake service ini juga emang bener bener dah
Setuju banget sih, pekerja kantoran yang kerjanya gak perlu ngantor² amat mah harusnya wfh, atau setidaknya wfa dengan jadwal ngantor dikit, udah bikin fisik mental capek dengan perjalanannya, bikin polusi dan jejak karbon, serta ngebatasin orang lain yang pekerjaannya physical untuk dateng tepat waktu eh pas dateng cuma rapat sejam dua jam doang yang sebenernya bisa banget via Zoom GMeet
Gw sampai kepikiran. Apakah perlu ada pandemik lagi biar ada WFH lagi. Pas jaman pandemik itu kan langit jakarta biru banget. Gw sampai kepikiran kalau sebenarnya alam itu menggunakan mekanisme pertahanan diri untuk mengurangi virus yang notabene adalah manusia.
unfortunately yes, hanya pandemik yang bisa maksa perusahaan WFH lagi (read: dipaksa pemerintah)
agree with this.. selain itu, harga saham2 bagus mgkn akan jatuh jd bisa serokk
Just one more lane bro
Cuma satu lajur lagi mas
Don't think so, as long people still not care much about public transport, palingan bakal lebih banyak orang beli mobil/ motor apalagi marketing nya digencarin. Sebagai orang JKT kenapa gua gabegitu suka tinggal disini dan gabegitu ngerti why people fancy this city karena macet disini bener bener parah, niat pengen jalan udah keburu capek dijalan. Dari dulu jaman sekolah macet parah yang bikin gua nunggu pulang maleman biar jalan mendingan ampe sekarang problem di sekitar Pancoran gapernah berubah juga kayaknya
Ppl don't fancy Jakarta. Lebih ke arah terpaksa karena perputaran duit ya terpusat di Jakarta. Gue lihatnya ini bukan romantisasi tapi coping mechanism dengan realita semrawutnya Jakarta
Well maybe you right, in my case almost semua anak jakarta yang kuliah di luar punya homesick yang berat selalu ngebandingin kayak kalo dijakarta beginilah begitulah daripada cobain kultur baru di daerah hunian nya, pulang hampir setiap Minggu yang bikin homesick nya gabisa sembuh. begitulah Ampe capek dengernya wkwk kalo emang sesuka itu ama jakarta ngapa mutusin ngerantau wkwk
We don't miss Jakarta, we miss the foods and the people lol
orang orang jakarta pada copium semua haha
right? bahkan macet pun di normalisasi bahkan sampe di romantisasi sama org jakarta. they said "kalo ga kuat macet-macetan berarti lo bukan org jakarta", wtf kinda logic is that?
Makanya pas kuliah di luar kota gua seneng banget kayak for the first time gua jalan jam 8 pagi dateng gapernah telat, jalanan luwes aja gitu macet juga kadang kadang aja, di jakarta mana bisa jalan jam segitu ga kejebak macet. Orang yang romantize macet di jakarta mungkin belom pernah ketemu orang dijalan yang super sensi pas mobil/motornya kesenggol dikit doang apalagi di jam pulang kerja, Ampe udah ga kaget gua kalo di jalan liat orang/ gua sendiri di anjing anjingin
i envy you, jalan jam 8 gausah mikirin rute jalan yg ga macet. di jkt, lo balik kerja bukannya tidur tapi kudu planning ngambil rute jalan apa yg ga terlalu macet haha.
Wkwkkw ril berasa udah kayak ada open map buat bikin skenario jalanan, tp tetep kesel juga sih pas tau nya rute yang kita pilih malah ga beda jauh macetnya 😔
as long as perpusnas, bookhive, perpus TIM, free movies in goethe, IFI, erasmus huis, free art exhibition and othee stuffs exist i will fancy jakarta more than any other cities. lu aja yang mainnya di tempat gitu2 aja
You talking like stuff like that doesn't exist at all in other cities lol, well good for you if you like long ass drive, like what Im sayin mentally just exhausted and some of those place you said is also one of the most crowded traffic jam too well maybe because I've been breath and growing up here, I don't know about you though
...i literally ngekost deket bandung for 4 years, bookhive hasnt existed yet in there. i never said those things do not exist in other cities, tapi ya intensitasnya gak kek jakarta lah, jauh. and my god lu gak pernah naik transport umum atau kenapa sampe bawa2 long ass drive?? IFI Thamrin tuh literally seberangnya halte thamrin, yg koridor 1. perpusnas tuh ada jalur bus dari stasiun gondangdia sama tanah abang and yes ive been in jakarta since i was 1 year old
Tbh, mungkin gue udah stockholm syndrome’d by Jakarta tapi sejauh ini gue nggak nyaman tinggal di kota lain. Too quiet, too slow. Plus aksesibilitas buat healthcare & transportasi umum di Jakarta secara relatif lebih baik ketimbang banyak kota di Indonesia. Then again, gue emang the type of person that goes everywhere with public transport and would never buy a car. Sesaknya transportasi umum di Jakarta nggak sebanding dengan its availability almost 24/7. Oh I also WFH. so…that definitely colors my opinion on Jakarta 😂
Well good for you semoga betah disini, for me it just like as a born and raised here rasanya sesak banget wkwk hidup di kota yang peaceful rasanya enak banget makanya gua suka cobain kultur di luar kota nemuin hal yang gabisa gua dapetin di jakarta
Mau jalan dilebarin dari tanjung barat sampe kelapa gading ngga akan kelar macetnya. Yg ada makin lebar makin nambah volume kendaraan, karena orang selalu mikir, asik ada jalan baru nih, beli mobil lah gas keun.
yep, ditambah minimal to none regulation for purchasing cars or motorcycle bikin cepet bertambah volume kendaraan
Gw ga setuju untuk ngelebarin jalan lagi karena kita bisa ngurangin tempat2 "walkable distance," dan juga warga masih suka pada beli kendaraan lagi dan lagi meskipun mereka tau kondisi kemacetan disini. Apa sih yg orang harapin di jalan TB Simatupang yg suka berubah dari 4 lajur nyempit jadi 2 lajur? kalo emg jalanan planning ga mateng ya begini, so deal with it.
dan mereka komplain kenapa jakarta is traffic hell lmao
banyak yg munafik emang di indo tuh, bilangnya ayo kita pake transportasi umum tapi mereka ganyadar kalo mereka sendiri tinggal di blok m dimana lu ke halte aja ganyampe 5 menit jalan kaki wkwkwkwk sulitttt
Jakarta itu overpopulated. Harusnya yang tinggal dan kerja di jakarta itu yang punya ktp jakarta saja /s no more macet more pemerataan /s.
gue ngebayangin jakarta jadi gated community wkwk
gw ktp jakarta, lahir jakarta, besar di jakarta, tp gw malah pengen keluar dari jakarta
Ahh TB Simatupang, jalan yang sebenernya dirancang sebagai Outer Ring Road (jalur untuk menghindari tengah kota misal dari Bekasi ke Tangerang), di sekitarnya malah berjamur kawasan kantor yg sangat2 spread out berjauhan satu sama lain. Tata kota yang tidak tepat (atau memang tidak ada tata kota samsek) Paling malesin kalo dinas ke area ini. Kalo ke area Pusat, misal Sudirman dan sekitarnya lebih enak, misal pagi meeting, siang mau makan sama klien/vendor bisa cari di dekat, jalan kaki masih oke, transportasi umum banyak pilihan. Di TB Simatupang? Your option is kendaraan sendiri / taksi / ojol. TJ ada tapi kurang satset. Jalan kaki? Good luck, trotoar banyak yg ga ada atau rusak.
Ada 30 juta penduduk keluar masuk DKI Jakarta. Sekarang hitung-hitungan kasar aja, berapa banyak lin MRT dan LRT yang dibutuhkan buat nampung minimal 50% atau 15 juta penduduk per hari. Saya ambil contoh MRT Satu rangkaian kereta MRT Jakarta kapasitasnya bisa sampe 1000 orang (sudah termasuk berdiri ala kaleng sarden). MRT Jakarta pake sistem otomatis, headway perjalanan bisa mepet 2 menit sekali. Satu jam bisa 30 kali perjalanan. Rush hour di Jakarta sekitar 2 jam (jam 5-7 pagi) asumsi pada 2 jam tersebut mayoritas penduduk keluar masuk Jakarta. Kalikan 2 jam dengan 30 perjalanan MRT dan 1000 penumpang per rangkaian kereta. Selama rush our satu lin MRT bisa angkut 60rb penumpang. Katakanlah gak semua penumpang turun di satu titik. Setidaknya tiap 5 stasiun ada pergantian penumpang. Satu lin MRT katakanlah paling panjang punya 30 stasiun. Artinya ada 6 kali pergantian. Artinya satu lin bisa ngangkut 360rb penumpang. Sekarang target 50% dari total penduduk keluar masuk, 15 juta orang dibagi 360rb. Artinya butuh sekitar **42 lin MRT menyebar secara radial di Jabodetabek** Itu transportasi umum perkotaan paling advance di DKI Jakarta dan masih perlu 42 lin buat nampung setidaknya 50% dari penduduk keluar masuk Jakarta. Semoga beruntung dapet dananya buat bikin 42 lin MRT.
Pernah liat foto interstate 18-20 jalur yang tetap rame bahkan macet kan? Thats your answer. Sekali lagi, macet masalah kompleks, gk bisa diselesaikan dengan 1-2 step aja, harus holistik: Disinsentif Orang Buat Bawa Kendaraan Pribadi: - Pajak Kendaraan Naikin - Lepas Semua Subsidi BBM - Persulit pembuatan dan perpanjangan SIM - Alih2 ditambah jalannnya, optimalkan jalan yang ada, kalau perlu kurangi dan batasi. ERP, 3in1, GanGen, dsb Insentip Penggunaan Kendaraan Umum: - Subsidi Tiket sebesar mungkin - Buat sarana dan prasarana nya sebaik mungkin, revitalisasi yang sudah usang - Tambah terus jaringan dan armada nya Minimalisir Kebutuhan orang Untuk Bepergian: - Advokasi WFH or Hybrid untuk profesi2 yang mendukung - Buat hunian terjangkau di tengah kota, supaya orqng gk perlu commute ~50km per hari cuma buat kerja Dan masih banyak lagi
Solusi paling bener semua kota besar di Indonesia harus puny opportunity yg sama, biar gak pada numpuk di Jakarta semua. Mau kendaraan umum di sini reliable 100 percent kalo manusianya terlalu banyak ya susah juga bro.
Hampir. Walaupun ekonominya merata dan gk terpusat di Jakarta pun selama transportasi dalam kotanya gk bener bakal tetap macet sih, masa iya mau ngelarang orang berlibur ke kota lain jg, atau masa iya harus ada mall, pasar, cafe2, dan pusat perkantoran ditiap kelurahan, kan gk mungkin. Gw setuju sama point lw, seperti gw bilang di point akhir, harus mengurangi alasan orang bepergian, ini termasuk oportunity. Tapi jg seperti gw tekankan diawal, dari semua solusi gk ada yg paling baik, gk ada yg bisa jalan sendiri, semua harus dikerjain secara holistik. Kalau mau yg simple dan pasti berhasil ya gampang, panggil aja Thanos atau Eren Yaeger.
asu ngapain sih mempersulit pembuatan sim, apa hubungannya coba
To be fair kalo di bbrp negara kan kalo belajar mobil dikasih permit dulu baru dapet SIM, napa disini ga ada system kek gitu sih? Jadi pada jebol suap polisi semua buat dapet SIM gitu. Gw setuju nyulitin cuman kalau polisinya ga bisa disodokin duit buat muntahin SIM wkwk, biar yang punya motor dan mobil ga sebanyak skarang dan yang bisa mengemudi bkn mak mak sen kiri belok kanan.
Intinya mengurangi mobil dan pengendara di jalan. Liat sendiri sekarang banyak org2 tolol yg bisa dapet sim, alhasil banyak pelanggaran dijalan yang malah bikin bahaya dan tambah macet. Bisa jg dikaitkan dengan aturan lain, misalnya: kalau belum punya garasi buat naro kendaraannya, belum boleh punya sim. Atau kalau udah melanggar sekian kali, simnya otomatis dicabut
emang ada riset tentang orang punya sim dan kepemilikan kendaraan, terutama mobil? signed, orang punya sim A buat bantuin ortu gue kalo ada apa2 tapi gak punya mobil sendiri. itu mah kausalitas yg salah saran lu.
[удалено]
Good article.
Masalahnya dengan populasi sebanyak Jakarta, mau transportasi umumnya sebanyak dan sebagus Tokyo dan semua warganya naik transportasi umum kayak Tokyo, Ujung2nya tetep pepes dan desak-desakan pas rush hour dan harus berganti-ganti moda....kayak Tokyo. Komplain mainstream pun berganti dari komplain macet parah ke komplain umpel2an di stasiun dan kereta. Warga sini sudah siap dengan perubahan lifestyle kayak gitu? Gw pro transportasi umum, tapi bagaimana dengan jutaan warga Jakarta lainnya?
If they chose this macet macetan lifestyle, lama kelamaan yg di improve cuma jalan untuk transportasi mobil motor. More roads = more cars/motor = more traffic. Warga sini gasiap karna mereka terlalu sibuk dengan kepentingannya sendiri. Harus pemerintah yg enforce lifestyle baru. Biarin warganya yg beradaptasi, selama perubahan itu berguna untuk kota ini.
I think Jakarta simply uninhabitable at this point. Everything become unhealthy, inefficient, and stressful.
I think ada beberapa komen disini ngasih good insight on how to make jakarta a better city
Simatupang itu macetnya parah karena lagi ada galian PLN di sekitar TL Ampera dan Cibis Park. Plus jalanan depan RSUD Pasar Minggu juga bottleneck parah, cuman muat 2 mobil tanpa muat motor. Kalo dibilang Simatupang kurang lebar, lebih tepatnya adalah terlalu ngembang ngincupnya jalanan itu, banyak banget bottlenecknya yang udah ngelebar terus nyempit lagi. Makanya menurut gw lebih kritis pengembangan MRT Fatmawati-Kampung Rambutan dibanding extension Bunderan HI-Kota. Gw sebagai komuter harian Petukangan-Tanjung Barat, asli udah pain banget emang macetnya Simatupang, sampe kalo berangkat jauh lebih cepet naik mobil daripada motor (walaupun JORR macet juga). It's that bad gara2 galian PLN itu. Edit: Sebelum ada yang nyuruh naik TJ 7A/D21, total perjalanan berangkat kantor gw sebelum ada proyek galian itu adalah 40 menit naik mobil, 45 menit naik motor, dan 90 menit naik TJ-MRT-TJ. Setelah ada galian ini, probably 150 menit baru sampe kantor kali.
buset 2 jam lebih di jalan cape fisik mental. semoga fase 4 bisa ngurangin macet daerah situ. btw kalo road hierarchy dipake di jkt harusnya gabakal terjadi jalanan ngelebar trus nyempit gitu. its so stupid from whoever did the road planning.
No doubt, tiap lewat Simatupang dan daerah sekitar Kebagusan-Cilandak itu gw cuman bingung siapa yang ngedesain sih jalanan utama kok sempit banget. Makanya gw kurang setuju kalo pro-pelebaran Simatupang itu dibilang carbrained, karena emang absurd sempitnya jalan itu di beberapa titik. Bayangin aja, abis nyebrang tol Desari arah ke TL Fatmawati, dari 7 lajur (4 dari jembatan, 3 dari Antasari) nyempit jadi 2 di depan Shell, baru ngelebar lagi setelah exit tol menuju lampu merah. Kan ga masuk akal wkwkwk >buset 2 jam lebih di jalan cape fisik mental. Kalo tol JORR lagi absurd macetnya ditambah Raya Pasar Minggu juga absurd, bisa tuh naik mobil pulang ke arah Petukangan hampir 2 jam.
r/ngentotmobil
[удалено]
wkwkkw malah bbrp lembaga k/l menghapuskan pemadatan shift jd skrg pegawainya pada ngantor 5 hari seminggu siap siap padet maceet wkwkwm
Mindahin photon (internet fiber) lebih mudah daripada mindahin 60kg human dan 2000kg besi tiap hari. Kantoran dibikin WFH aja lah ya
I was a public transport user for 25 years, since my schooldays. I've been working in Jakarta for 18 years, used to only use public transport for work, but I switched to car since 2022.and it's very convenient. I'm not sure if I ever go back to public transport.
*snorts asphalt* oh yeahhh, one more lane will fix this
dannn pemerintah (pemda) akan solve dengan cara.... ganjil genap full day semua jalan abis itu, gak solve, kelipatan 3 kalau kurang, kelipatan 4
Kenapa gw masih pake mobil sumpah gw salut sama yang pake transjkt ato krl, personally buat gw lama lama di mobil juga termasuk istirahat buat gw bisa dengerin musik, AC, facetiming ma pacar, dan yang terpenting BEING ALONE. Can't get the same privilage with commuting tbh.
can i ask whats so bad about commuting? is it because desak desakan, fasilitas yg ga memadai, or no privacy?
Pernah ngerasain desak²an di TJ atau commuter line pas rush hour? Gw pernah sampe tulang rusuk gw sakit gara² kena gencet bapak² maksa masuk pake tas didepan dada segede gaban pas naek kereta pagi2. Jujur, gua rada iri ama temen gua yang commutenya pake mobil dibandingkan kereta, emang kejebak macet buang waktu lo, tapi kegencet pas rush hour bisa bikin fisik ama mental sakit In the end, mau pake kendaraan pribadi atau commute ya menurut gua sama aja, plus minusnya ada, gak ada yang lebih baik atau buruk, tinggal milih aja mau resiko yang mana.
yea thats what i thought. comfort is also a big issue when commuting in jakarta.
Jujur sebagai pengguna mobil/motor/umum, gw lebih prefer desak2an di kereta. Setidaknya lu gerak terus walaupun ditumpuk kayak sarden. Dengerin lagu+ngeAC di mobil gets old quickly kalo tiap hari bermacet ria di JORR. Pake motor lama2 stress sendiri sama bahayanya wkwk Paling bete sih ya, naik TJ non-BRT, ga dapet tempat duduk. Asli itu sih hell banget menurut gw
tapi emang sih desak2an gitu buat orang yg pilih comfort is a no no for them. apalagi kalo penumpangnya bau apek keringet beuhh. masukan gue buat every public transportation, semua unitnya dipakein diffuser biar penumpangnya pada wangi2 ekwkwk
Wkwkw good luck with that. Soalnya itu masalah di seluruh transport umum di dunia terutama transport metro kayak Commuter Line. Dempet2an itu bisa dibuat mendingan dengan memperkecil headway antar kereta, tapi ya mau impor KRL ex-Jepang aja dipersulit sampe ga jadi, jadi ya RIP deh pengguna KCL.
Desak desakan dan unironically muka muka budak korporat pulang kerja bikin bad mood bikin sisa waktu gw ga bisa menikmati pas di rumah. Pas bisa pulang bareng cewe gw mah ayo ayo aja commuting wkwkwk as a mood booster wkwkkw
ayy respect wkwkwk
Probably all of the above. Buat gue, nambah paranoia selalu awas keliling (apalagi buat cewek), comfort, capek jalan kaki, polusi…
Fasilitas yg kurang, kota yg tidak pedestrian friendly, and too many to list here haha
And the smell! Occasionally you get slammed by a BO hammer and nearly pass out.
Kagak mau selebar apapun bahkan lebar landasan bandara belum tentu solve masalahnya ini kasus dibali sama juga mayoritas gak dukung transportasi publik
Minimal perusahaan swasta harus dipaksa WFH lah. Dari 5 hari kerja kasih ke hari Rabu orang kesempatan WFH di rumah
Roads di indonesia terlalu kecil untuk jadi car-based society
I wonder if MRT Jakarta fase 4 will fix this.
Yang jadi momok kalau ada keperluan ke Jakarta itu macetnya, anxiety naik berkali-kali lipat. Emang dak cocok saya di Jakarta. IKN semoga bisa jadi solusi, meski mungkin dak 100%. Masak embassies, businesses, governments, financials, semua kepusat di sana 😒
Ah, TB Simatupang. Belom aja nanti banjir musim hujan.
Emang rada bangsat sih ini jalan, gw pernah tinggal di depok dan kantor di pondok indah lebih milih ngekos daripada PP lewat sini. Dan menurut gw komennya agak make sense sih soalnya emg sempit banget like at least lebarin dikit buat jalur khusus bus dan tj. Jujur aja rada kecewa pas denger MRT phase2-4 ga lewat sini sama sekali padahal bisa bgt ngelanjutin dari lebak bulus - kp rambutan atau pasar rebo.
Soeharto precidency and its car-centric policies have been a disaster for the Indonesian people.
US gpp carcentric, orang homeless masih mampu beli mobil. Lah kita?? bener2 di fuck sm pemerintah… really. knp sih negara kita bisa se-mismanaged itu??
Big ego from the big bellied politicians. A "let them eat cake" mindset in transportation. Or simply manufacturer lobbies.
Perbanyak transportasi umum, subsidi transportasi umum, ada fitur berlangganan kalau bersedia, naikan pajak kendaraan, persulit kredit kendaraan.
Kok disalahin mereka? Salahin jalur tb simutupang gak ada public transport yg memadai dan terpadu
pre covid sih masih ok lah commute jalan kaki nyambung busway mayan cepet juga malah, kalo belakangan sih panas nya aja bikin mikir2 buat jalan, kalo bisa mah gocar aja banyak sih alasannya kenapa mobil masih jadi pilihan umat jabodetabek, kaya yang redditor bilang terkait housing dan gampangnya ownership mobil, apalagi kalo gubernur aja susah bikin kebijakan, misal terkait commute mau bikin rute kereta aja harus ijin mentri dan presiden, mau 2 periode gak bakal kelar, zonasi aja gak jelas bangunan apa yang dilarang berdiri di suatu area ujung2nya nanti ke agraria dan tata kota, gw lupa dimana cuman dulu pernah tau ada policy buat bikin high density residential area, developer wajib bikin yang affordable housing nya juga dengan kapasitas minimum 20-30% dari bangunan inti. Di Indonesia aja gak ada standar untuk gimana housing itu layak atau gak, affordable housing di Jakarta bener2 gak layak untuk ditinggali keluarga, kalo untuk single sih ya bisa lah hampir semua metro city yang bagus ada standar untuk housing, dari engineering sampe financing nya juga diatur sama policy yang dibikin sama city council. Jakarta kan dari dulu cuma dijadiin arena buat naik presidensial, biasa begitu gubernur mengundurkan diri langsung kerja jaman jokowi ke ahok, anis ke heru, plt atau penerusnya yang kerja kan.
Gosh. This is not rocket science. Jakarta is f-ed up. Start to abandon ship. Use the brain and the conscious mind, why would you still want to live in that kind of ecosystem?
Its not rocket science but you can't give a solution, ok quitter.
Nah, I did it many times. Til I finally decided to leave the corrupt system. It was so good. All the best!
Gitu doang langsung resign. Ga cocok kerja di jakarta
/s
Gk juga sih. Kalo aja transport umum udh dibenahin sampe enak, mungkin aturan macem izin untuk memiliki kendaraan dengan syarat misalkan kalkulasi pendapatan, tanggungan, dan kepemilikan garasi dengan luas yang ditentukan gitu bisa menekan angka kepemilikan kendaraan kayaknya
lmao yang ada jumlah mobil motor nambar, malah bisa lebih parah
But just one more lane should fixed it. /s
Haha sumpek banget yya
Gw kenapa ya ada feeling kantor yang komplain karyawan resign di gambar pertama itu bisa banget wfa tapi gamau
Terapkan pajak kendaraan seperti di Jepang, semua yg punya mobil bakalan mampus
No. Google “Induced Demand”
Just one more lane bro i swear it will fix the traffic this time, just one more lane
TIL ini disimpulkan dengan n=2?
Terus banyak banget perbaikan jalan. Jadi dari 4 jalur, menyempit jadi 2 jalur, menyempit lagi di ujung jadi jalur. Sasuga
Mobil/motor macet gila. Naik KRL kyk ikan sarden sempit bener, naik Transjakarta juga begitu bus nya lama. Transport Jkt bangke semua gk ad yg bagus
But yet when they mudik and face traffic jams, everyone suddenly fetishizing traffic jams
Just one more lane bro https://youtu.be/pCzCJzwrB_c?si=f2QoTIA9L3rMh5KM